DATING VIOLENCE
Waspada Bahaya Kekerasan Dalam Pacaran
Angka kekerasan dalam hubungan pacaran bagi perempuan yang belum menikah cukup mengkhawatirkan belakangan ini. Simfoni PPA Tahun 2016 menyebutkan bahwa dari 10.847 pelaku kekerasan sebanyak 2.090 pelaku kekerasan adalah pacar/teman.
Kekerasan dalam pacaran atau dating violence adalah tindak kekerasan terhadap pasangan yang belum terikat pernikahan meliputi kekerasan fisik, emosional, ekonomi dan pembatasan aktivitas.Kekerasan ini merupakan kasus yang sering terjadi setelah kekerasan dalam rumah tangga, namun masih belum begitu mendapat sorotan jika dibandingkan kekerasan dalam rumah tangga sehingga terkadang masih terabaikan oleh korban dan pelakunya.
Berikut bentuk-bentuk kekerasan pada perempuan dalam pacaran diantaranya yaitu :
Kekerasan fisik seperti memukul, menampar, menendang, mendorong, mencekram dengan keras pada tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik yang lain.
Kekerasan emosional atau psikologis seperti mengancam, memanggil dengan sebutan yang mempermalukan pasangan menjelek-jelekan dan lainnya.
Kekerasan ekonomi seperti meminta pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya seperti memanfaatkan atau menguras harta pasangan.
Kekerasan seksual seperti memeluk, mencium, meraba hingga memaksa untuk melakukan hubungan seksual dibawah ancaman.
Kekerasan pembatasan aktivitas oleh pasangan banyak menghantui perempuan dalam berpacaran, seperti pasangan terlalu posesif, terlalu mengekang, sering menaruh curiga, selalu mengatur apapun yang dilakukan, hingga mudah marah dan suka mengancam.
Banyak perempuan yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang terjerat dalam bentuk kekerasan pembatasan aktivitas, karena dianggap sebagai hal yang wajar sekaligus bentuk rasa peduli dan rasa sayang dari pasangan.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan terhadap perempuan dalam pacaran, diantaranya yaitu tingkat pendidikan yang rendah, masih adanya pemahaman patriarki, kebiasaan tidak baik seperti memakai narkotika, minum miras, bertengkar tidak bisa mengontrol emosi, perempuan menyerang lebih dulu, terjadinya perselingkuhan, pasangan menganggur, sifat temperamental, pola asuh lekas dengan kekerasan di masa kecil sehingga sering mengalami atau melihat kekerasan, tingkat kesejahteraan ekonomi, lokasi tempat tinggal di perkotaan, efek pergaulan yang akrab dengan kekerasan, efek tayangan media massa yang mengandung unsur kekerasan.
Di sisi lain, pada kasus kekerasan dalam pacaran yaitu perempuan yang menjadi korban cenderung lemah, kurang percaya diri, dan sangat mencintai pasangannya. Banyak pasangan yang setelah melakukan kekerasan langsung berubah signifikan menunjukkan sikap menyesal, minta maaf, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi, serta bersikap manis pada korban. Hal ini yang membuat perempuan akan terus memaafkan dan memaklumi sikap pasangannya serta kembali menjalani hubungan pacaran seperti sebelumnya. Padahal seseorang yang pada dasarnya gemar bersikap kasar pada pasangannya, akan cenderung mengulangi hal yang sama karena merupakan kepribadian dan sikap dalam menghadapi konflik atau masalah.
Berbagai dampak yang ditimbulkan dari kekerasan dalam pacaran dintaranya yaitu terjadi gangguan kesehatan dan psikis perempuan yang menjadi korban. Perempuan korban kekerasan fisik atau seksual dalam berpacaran beresiko mengalami keluhan kesehatan 1,5 kali lebih banyak. Dampak fisik bisa berupa memar, patah tulang, dan yang paling berbahaya dapat menyebabkan kecacatan permanen, sedangkan untuk dampak psikologis berupa sakit hati, jatuhnya harga diri, malu dan merasa hina, menyalahkan diri sendiri, ketakutan akan bayang-bayang kekerasan, bingung, cemas, tidak mempercayai diri sendiri dan orang lain, merasa bersalah, memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.
Upaya penanganan bagi perempuan korban kekerasan dalam pacaran dapat dilakukan dengan memberikan dukungan serta menyakinkan korban untuk berani berkata tidak serta menentang segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasangannya, membantu untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Untuk korban yang mengalami trauma dibutuhkan penanganan khusus oleh psikiater atau psikolog atau melalui pendampingan korban untuk tahap awal.
Upaya penanganan bagi pelaku kekerasan yaitu menelusuri apa yang menyebabkan pelaku melakukan kekerasan, apakah ada peristiwa buruk atau trauma sehingga lebih memilih menyelesaikan suatu konflik dan hal lainnya dengan kekerasan. Selain itu memberikan konseling ataupun psikoterapi dari psikolog atau psikiater, kepada pelaku agar sadar akan bahaya dampak perbuatannya, baik bagi dirinya sendiri ataupun bagi pasangannya.
Untuk mencegah dan menangani berbagai kasus kekerasan yang dialami perempuan, pemerintah (dalam hal ini Kementerian PPPA) telah melakukan berbagai upaya diantaranya dengan menyusun dan menetapkan berbagai peraturan perundang-undangan, dan mempertegas misi untuk mempersempit peluang terjadinya kekerasan melalui pencanangan “Three Ends” yaitu : Akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak; Akhiri perdagangan orang; dan Akhiri kesenjangan ekonomi bagi perempuan.
Selain itu, langkah lainnya dilakukan melalui berbagai macam KIE untuk memperluas jangkauan informasi tentang hak perempuan ke seluruh masyarakat Indonesia, memastikan dan meningkatkan fungsi kelembagaan di tingkat desa untuk mencegah dan merespon dini ketiaka terjadi kekerasan terhadap perempuan, meningkatkan peran dan fungsi Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA) di daerah, serta menggalang dukungan yang masif dari pemangku kepentingan baik dari K/L, Pemda, dan Lembaga Masyarakat.
Pemerintah telah memberikan sejumlah layanan bagi perempuan korban kekerasan yang mencakup layanan pengaduan, kesehatan, bantuan hukum, penegakan hukum, rehabilitasi sosial, reintegrasi sosial, dan pendampingan tokoh agama. Layanan pengaduan menempati urutan tertinggi dengan 1655 layanan (37 persen) yang telah diberikan diikuti dengan layanan kesehatan sebanyak 830 layanan (19 persen). Layanan lain dengan jumlah layanan yang tinggi adalah bantuan hukum dan penegakan hukum dengan jumlah layanan masing-masing 681 dan 677 layanan yang telah diberikan.
Bagi para perempuan yang belum menikah dan sedang atau ingin menjalin hubungan dengan calon pasangan, berikut tips untuk menghindari tindak kekerasan dalam pacaran. Pertama kenali calon pasangan secara menyeluruh sebelum memulai sebuah hubungan yang lebih mendalam dengannya, jangan terlalu cepat mengambil keputusan dan lebih bijak dalam memilih pasangan, berani mengambil sikap dengan mengatakan ‘tidak’ dan menghentikan hubungan ketika menerima tindak kekerasan, membangun komitmen sebelum memulai sebuah hubungan, memperkenalkan pasangan kepada keluarga untuk menimbulkan rasa sungkan dari pasangan terhadap keluarga, pentingnya keterlibatan peran orangtua, serta orang terdekat dalam mengawasi dan menjaga anak, keluarga, teman maupun orang yang kita kenal dari bahaya kekerasan dalam pacaran.
Jika anda atau teman dan orang terdekat mengalami kekerasan dalam pacaran, jangan diam, ragu ataupun takut, segera laporkan kepada pihak berwajib atau dapat menghubungi bagian pengaduan masyarakat Kementerian PPPA melaui telepon di nomor 082125751234 atau datang langsung ke kantor KemenPPPA di jalan merdeka Barat No. 15, Jakarta Pusat.
Ingat, mengakhiri kekerasan terhadap perempuan merupakan kunci untuk mendorong kesetaraan gender dan memungkinkan perempuan untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan politik, ekonomi dan sosial. Perempuan merupakan penentu terciptanya generasi yang akan datang, untuk itu mari lindungi perempuan dari segala bentuk kekerasan demi menghasilkan generasi muda yang baik dan berkualitas.
Sumber: https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/1669/waspada-bahaya-kekerasan-dalam-pacaran
Tanda Kamu Mengalami Kekerasan dalam Pacaran
Dating Violence atau tindak kekerasan dalam berpacaran adalah tindak kekerasan baik secara fisik, seksual, emosional, ekonomi, bahkan perkataan dari pacar. KDP terjadi ketika pasangan kamu selalu mengontrol aktivitas kamu secara konstan atau posesif; menuntut agar seluruh waktu kamu hanya untuk dia, serta berusaha mendapatkan kekuasaan atau kontrol terhadap diri kamu.
Berikut beberapa contoh pasangan kamu melakukan kekerasan:
Pasangan kamu selalu cemburu, bahkan menuduh kamu telah berselingkuh tanpa pembuktian yang jelas.
Mengontrol hidup kamu, mengontrol cara kamu berpakaian, melarang untuk bertemu keluarga atau teman, serta selalu mengecek handphone milik mu
Pasangan kamu memiliki temperamen yang sulit ditebak
Kamu takut kena marah saat bersama pasangan
Kamu mesti lapor ke pasangan kalau mau bepergian
Mengancam secara kasar bila keinginannya tidak kamu turuti
Memukul atau menyakiti kamu secara fisik
Memaksa kamu berciuman, berhubungan seksual atau aktivitas seksual lainnya
Meminta dengan paksa sejumlah uang, atau minta dibelikan barang
Tidak mengizinkan kamu mengakhiri hubungan dengan berbagai alasan
Pasanganmu membangun opini bahwa persoalan yang terjadi di antara kalian adalah kesalahan kamu, dan hal itu untuk membuat kamu merasa bersalah
Selalu meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat, dan berjanji untuk berubah, tetapi kesalahan tersebut tetap diulangi lagi
Bila salah satu dari poin di atas kamu mengalaminya, maka kemungkinan kamu tengah mengalami KDP. Pada akhirnya kekerasan dalam pacaran menyisakan dampak bagi korbannya, baik secara fisik, psikologis, dan kerugian secara ekonomi (pelaku meminta uang atau minta dibelikan barang). Adapun pada kekerasan fisik korban akan mengalami dampak memar, patah tulang, dan bahkan cacat permanen. Dampak psikologis seperti malu, bingung, cemas, merasa rendah diri, dan bahkan dapat menyebabkan depresi, dimana bila depresi tersebut tidak tertangani dengan baik dikhawatirkan korban memilih mengakhiri hidupnya.
Lalu bagaimana agar terhindar dari kekerasan dalam pacaran?
Sebelum memutuskan memiliki hubungan dekat dengannya, cobalah untuk mencari tahu latar belakang pasangan terlebih dahulu. Hal ini sangat penting karena akan berpengaruh pada hubungan kalian selanjutnya.
Kamu harus punya prinsip bahwa kekerasan dalam pacaran tidak bisa ditolerir
Awali hubungan dengan membangun komitmen bersama untuk saling menghargai, dan tidak ada kekerasan.
Apabila pada saat kencan merasa ada sesuatu yang melanggar komitmen bersama dan mencederai prinsipmu, kamu harus berani mengambil keputusan untuk meninjau keberlangsungan hubungan.
Tunjukkan rasa percaya diri. Walau kamu seorang perempuan bukan berarti pasif. Bila ada hal yang ingin disampaikan mengenai hubungan kalian sebaiknya dibicarakan.
Apabila kamu mengalami kekerasan, kembali pada prinsip hidupmu, bahwa kekerasan dalam pacaran tidak bisa ditolerir. Sebaiknya kamu menjauh dari pasanganmu.
Bila kamu sulit keluar dari dominasinya, buatlah perencanaan untuk menyelamatkan diri, carilah bantuan pada orang terdekat, dan jangan takut untuk bersuara.
Kamu juga bisa mengumpulkan bukti-bukti terjadinya kekerasan, seperti foto, rekaman suara/video, keterangan saksi, dll.
Kekerasan yang dilakukan pelaku adalah tindak kriminal, dengan demikian kamu bisa melaporkan langsung ke Polisi (unit PPA).
Sumber: http://yayasanpulih.org/2020/06/kenali-kekerasan-dalam-pacaran-dan-cara-menghindarinya/
Hubungi Kami
Kantor Advokat dan Konsultan Hukum
Himawan Dwiatmodjo & Rekan
Jl. Rawa Kuning, Pulogebang, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
Email: lawyerhdp@gmail.com
Telepon/Pesan Teks: +62895-4032-43447