SESI-4 PERBEDAAN AKHLAK, MORAL, & ETIKA
MATA KULIAH KODE ETIK PROFESI
PRODI SAINS KOMUNIKASI
By: Himawan Dwiatmodjo, S.H., LLM.
"Jika kau tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau akan merasakan perihnya kebodohan." (Imam Syafi'i)
Akhlak, moral, etika, dan adab adalah konsep yang berkaitan dengan tingkah laku manusia dan memiliki perbedaan dalam beberapa hal, seperti:
Akhlak. Berasal dari bahasa Arab, "akhlak" berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Akhlak merupakan watak dasar manusia yang bersumber dari ajaran agama, seperti Al-Qur'an dan Al-Sunnah. Akhlak bersifat universal dan abadi.
Moral. Berasal dari bahasa Latin, "moral" berarti adat kebiasaan. Moral merupakan pengertian tentang mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik. Moral bersifat lokal dan temporal.
Etika. Berasal dari bahasa Yunani, "etika" berarti adat kebiasaan. Etika merupakan filsafat bidang moral yang mengatur bagaimana manusia harus bertindak. Etika bersifat lokal dan temporal.
Adab. Berasal dari bahasa Arab, "adab" berarti kesopanan. Adab merupakan ekspresi dari watak dasar manusia. Adab bekerja berdasarkan warna akhlak.
A. Akhlak
Pengertian
Akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti budi pekerti atau perangai.
Akhlak mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat lahir maupun batin.
Akhlak terbentuk melalui proses internalisasi nilai-nilai yang baik sejak kecil.
Karakteristik
Universal dan bersifat mutlak.
Berhubungan erat dengan agama dan keyakinan.
Lebih menekankan pada aspek batin dan niat.
B. Moral
Pengertian
Moral berasal dari bahasa Latin mos yang berarti kebiasaan atau adat.
Moral berkaitan dengan nilai-nilai baik dan buruk yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Moral bersifat relatif dan dapat berubah seiring dengan perubahan zaman dan budaya.
Karakteristik
Bersifat sosial dan dipengaruhi oleh lingkungan.
Lebih menekankan pada tindakan dan perilaku yang tampak.
C. Etika
Pengertian
Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai moral.
Etika membahas tentang apa yang baik dan buruk, benar dan salah dalam tindakan manusia.
Etika bersifat rasional dan sistematis.
Karakteristik
Bersifat normatif dan memberikan pedoman tentang tindakan yang seharusnya dilakukan.
Lebih menekankan pada aspek rasional dan pemikiran kritis.
D.Adab
Pengertian
Adab berasal dari bahasa Arab yang berarti sopan santun atau tata krama.
Adab berkaitan dengan aturan-aturan dalam berinteraksi dengan orang lain.
Adab merupakan cerminan dari akhlak yang baik.
Karakteristik
Lebih bersifat eksternal dan tampak dalam perilaku sehari-hari.
Berhubungan erat dengan budaya dan tradisi.
Akhlak
Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama’ dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata akhlak juga berasal dari kata khalaqa atau khalaqun artinya kejadian, serta erat hubungan dengan “Khaliq” yang artinya menciptakan, tindakan, atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-khaliq yang artinya pencipta dan makhluq yang artinya diciptakan.1
Secara linguistis, kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar (bentuk infinitive) dari kata al-akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala yuf’ilu if’alan yang berarti al- sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan ad-din (agama). Kata akhlaq juga isim masdar dari kata akhlaqa, yaitu ikhlak. Berkenaan dengan ini, timbul pendapat bahwa secara linguistis, akhlak merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral.2
Adapun pengertian akhlak menurut terminologi, beberapa ahli berpendapat diantaranya :
Imam al Ghazali, sifat baik yang tertanam dalam jiwa dan akan muncul secara spontan dalam bentuk perbuatan. Akhlak yang baik akan berpengaruh positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Ahmad Amin dalam bukunya al-akhlaq, mendefinisikan akhlak dengan kebiasaan seseorang. Atau kecenderungan hati atas suatu perbuatan dan telah berulang kali dilakukan sehingga mudah mengerjakannya tanpa lebih dahulu banyak pertimbangan.5
Semua definisi akhlak secara subtansi tampak saling melengkapi, dengan lima ciri akhlak, yaitu sebagai berikut.
Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa saat melakukan perbuatan, orang yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila
Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan.
Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara, perbuatan yang dilakukan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan pujian.6
Secara terminologis, pengertian akhlak adalah tindakan yang berhubungan dengan tiga unsur yang sangat penting berikut :
Kognitif sebagai pengetahuan dasar manusia melalui potensi intelektualitasnya;
Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan;
Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasional ke dalam bentuk perbuatan yang konkret.7
Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak itu abstrak, tidak dapat diukur diberi nilai oleh indrawi manusia. Untuk itu memberi penilaian baik atau buruknya akhlak seseorang dilihat dari perbuatan-perbuatan yang sudah menjadi kebiasaannya, dan inilah yang disebut dengan perbuatan akhlak.
Etika
Kata etika berasal dari bahasa Yunani “ethos” yang artinya adat kebiasaan. Etika merupakan istilah lain dari akhlak, tetapi memiliki perbedaan yang substansial, yaitu konsep akhlak berasal dari pandangan agama terhadap tingkah laku manusia, sedangkan konsep etika berasal dari pandangan tentang tingkah laku manusia dalam perspektif filsafat.8
Etika adalah tingkah laku manusia yang ditransmisikan dari hasil pola pikir manusia. Dalam Ensiklopedi Winkler Prins dikatakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang tindakan dan alasan-alasan diwujudkannya suatu tindakan dengan tujuan yang telah dirasionalisasi.
Dalam ensiklopedi New American, sebagaimana diuraikan oleh Hamzah Ya’qub disebutkan bahwa etika adalah kajian filsafat moral yang tidak mengkaji fakta-fakta, tetapi meneliti nilai-nilai dan perilaku manusia serta ide-ide tentang lahirnya suatu tindakan.9
Ide-ide rasional tentang tindakan baik dan buruk telah lama menjadi bagian dari kajian para filusuf. Salah satunya adalah ajaran etika Epikuros tentang pencarian kesenangan hidup. Kesenangan hidup berarti kesenangan badaniah dan rohaniah. Hal penting dan paling mulia ialah kesenangan jiwa, karena kesenangan jiwa akan menjangkau kenikmatan metafisikal. Tujuan etik Epikuros adalah memperkuat jiwa untuk menghadapi berbagai keadaan. Dalam suka dan duka, perasaan manusia hendaklah sama. Ia tetap berdiri sendiri dengan jiwa yang tenang, pandai memelihara tali persahabatan. Pengikut Epikuros tidak mengeluh dan menangis menghadapi berbagai cobaan. Keteguhan jiwa menurutnya dapat diperoleh dari keinsafan dan pandangan tentang kehidupan yang abadi.
Dari pandangan filosofis Epikuros, dapat diambil pemahaman tentang arti etika, yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai tindakan manusia yang menurut ukuran rasio dinyatakan dan diakui sebagai sesuatu yang substansinya paling besar. Kaidah-kaidah kebenaran dari tindakan digali oleh akal sehat manusia dan distandardisasi menurut ukuran yang rasional, seperti sumber kebenaran adalah jiwa, nilai kebenaran jiwa itu kekal, segala yang tidak kekal pada dasarnya bukan kebenaran substansial.10
Etika dapat diartikan sebagai berikut:
Pandangan benar dan salah menurut ukuran rasio;
Moralitas suatu tindakan yang didasarkan pada ide-ide filsafat;
Kebenaran yang sifatnya universal dan eternal;
Tindakan yang melahirkan konsekuensi logis yang baik bagi kehidupan manusia.
Sistem nilai yang mengabadikan perbuatan manusia di mata manusia lainnya;
Tatanan perilaku yang menganut ediologi yang diyakini akan membawa manusia pada kebahagiaan hidup;
Simbol-simbol kehidupan yang berasal dari jiwa dalam bentuk tindakan konkret;
Pandangan tentang nilai perbuatan yang baik dan yang buruk yang bersifat relatif dan bergantung pada situasi dan kondisi;
Logika tentang baik dan buruk suatu perbuatan manusia yang bersumber dari filsafat kehidupan yang dapat diterapkan dalam pergumulan sosial, politik, kebudayaan, ekonomi, seni, profesionalitas pekerjaan, dan pandangan hidup suatu bangsa.11
Etika (adab) bisa diartikan dengan standar-standar moral yang mengatur prilaku kita. Hal ini senada dengan perkataan Mufti Amir yang mengutif pendapat Deddy Mulyana bahwa etika (adab) adalah :
“Standar-standar yang mengatur prilaku kita: bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak. Etika (adab) pada dasarnya merupakan dialektika antara kebebasan dan tanggung jawab, antara tujuan yang hendak dicapai dan cara untuk mencapai tujuan itu, ia berkaitan dengan penilaian tentang pantas atau tidak pantas, yang berguna atau tidak berguna, dan yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.”12
Selanjutnya Hamzah Mahmud yang merujuk kepada beberapa pendapat para ahli menyebutkan pengertian etika secara terminologis.
Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia, prinsip-prinsip yang disistematisasi tentang tindakan moral yang betul.
Etika merupakan bagian dari filsafat yang mengembangkan teori tentang tindakan, hujah-hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan.
Etika merupakan ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta tetapi tentang nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu positif tetapi ilmu yang formatif.
Ilmu tentang moral atau prinsip-prinsip kaidah moral tentang tindakan dan kelakuan.13
Etika (adab) menyangkut nilai-nilai sosial dan budaya yang telah disepakati masyarakat sebagai norma yang dipatuhi bersama. Karena nilai yang disepakati bersama itu tidak selalu sama pada semua masyarakat, maka norma etik dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. 14
Dari semua pandangan yang berhubungn dengan pengertian etika di atas, dapat diambil pemahaman bahwa etika adalah cara pandang manusia tentang tingkah laku yang baik dan buruk, yang digali dari berbagai sumber yang kemudian dijadikan sebagai tolak ukur tindakan dengan pendekatan rasional dan filosofis.
Moral
Poespoprodja, seperti dikutip Masnur Muskich menyebutkan bahwa “Moral berasal dari bahasa latin “Mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata “Mores” bersinonim dengan mos, moris, manner, mores, atau manners, morals.”15
Apabila moral diartikan sebagai tindakan baik atau buruk dengan ukuran adat, konsep moral berhubungan pula dengan konsep adat yang dibagi pada dua macam adat, yaitu:16
Adat Shahihah, yaitu adat yang merupakan moral masyarakat yang sudah lama dilaksanakan secara turun temurun dari berbagai generasi, nilai-nilainya telah disepakati secara normatif dan tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran yang berasal dari agama Islam, yaitu Alquran dan As-Sunnah;
Adat fasidah, yaitu kebiasaan yang telah lama dilaksanakan oleh masyarakat, tetapi bertentangan dengan ajaran Islam, misalnya kebiasaan melakukan kemusyrikan, yaitu memberi sesajen di atas kuburan setiap malam Selasa atau Jumat. Seluruh kebiasaan yang mengandung kemusyrikan dikategorikan sebagai adat yang fasidah , atau adat yang rusak.
Berbicara tentang moral berarti berbicara tentang tiga landasan utama terbentuknya moral, yaitu:17
Sumber moral atau pembuat sumber. Dalam kehidupan bermasyarakat sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan dan pembuatnya bisa seorang raja, sultan, kepala suku, dan tokoh agama, bahkan mayoritas adat dilahirkan oleh kebudayaan masyarakat yang penciptanya tidak pernah diketahui, seperti mitos-mitos yang sudah menjadi norma sosial. Dalam moralitas Islam, sumber moral dari wahyu Alquran dan As-Sunnah , sedangkan Pencipta standar moralnya Allah SWT., yang telah menjadikan para nabi dan rasul, terutama Nabi Muhammad SAW. yang menerima risalah-Nya berupa sumber ajaran Islam yang tertuang di dalam kitab suci Alquran. Nabi Muhammda SAW. adalah pembuat sumber kedua setelah Allah SWT.;
Objek sekaligus subjek dari sumber moral dan penciptanya. Moralitas sosial yang berasal dari adat, objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat yang sifatnya lokal, karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu, artinya tidak bersifat universal, tetapi teritorial. Dalam moralitas Islam, subjek dan objeknya adalah orang yang telah baligh dan berakal yang disebut mukallaf;
Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan kepada target tertentu, misalnya bertujuan untuk ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian, kesejahteraan, dan sebagainya. Dalam moralitas Islam, tujuan moral adalah mencapai kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. Contohnya moralitas yang berkaitan dengan pola makan yang dianjurkan Alquran surat Al-Baqarah ayat 168:
Ayat tersebut adalah perintah yang hukumnya wajib bagi seluruh umat Islam untuk memakan harta yang halal dan bergizi. Pada ayat di atas terdapat kalimat :
Ayat itu adalah larangan maka haram hukumnya bagi orang yang beriman mengikuti pola hidup dengan sistem yang dibangun dan dibentuk oleh setan. Kaitannya dengan makanan yang dimaksud dengan pola hidup setan adalah menikmati harta benda hasil korupsi, manipulasi, hasil menipu, merampok, dan bentuk kejahatan lainnya.
Dengan memahami ilustrasi di atas, pengertian moral sama dengan akhlak karena secara bahasa artinya sama, yaitu tindakan atau perbuatan. Moralitas manusia dibagi menjadi dua, yaitu: (1) moralitas yang baik; dan (2) moralitas yang buruk. Perbedaan dari kedua konsep itu, yaitu akhlak dan moral terletak pada standar atau rujukan normatif yang digunakan. Akhlak merujuk pada nilai-nilai agama, sedangkan moral merujuk pada kebiasaan.18
Heri Gunawan dalam bukunya menyebutkan “yang dimaksud dengan moral adalah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum yang diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas.”19
Dengan pengertian moral sepeti di atas, maka tampak banyak persamaan antara etika dan moral. Perbedaan yang muncul hanya bahwa etika bersifat teori sedangkan moral lebih banyak bersifat praktik.
Adab
Kata adab dalam kamus Bahasa Arab berarti kesopanan.20 Yaitu memberikan hak kepada segala sesuatu dan waktu, dan mengetahui apa yang menjadi hak diri sendiri dan hak Allah SWT. perilaku mulia atau tata krama spritual di jalan sufi serta kesempurnaan dalam perkataan dan perbuatan. Ilmu tasawuf berpijak pada adab yang berkisar dari prilaku yang benar sesuai dengan syariat hingga tata krama spritual yang terus menerus kepada Allah SWT. sendiri.21
Adab menurut Al-Attas, dalam artinya yang asli dan dasar, adab berarti undangan pada suatu perjamuan. Perjamuan mengandung makna implisif bahwa baik pengundang maupun tamu diharapkan bertingkah laku sesuai dengan keadaan, baik dalam bicara, bertindak maupun etika.22 Bisa dikiaskan pada saat pembelajaran antara murid dan guru harus sama-sama menjaga adab masing-masing.
Pendapat para ulama mengenai adab :
Ibnu Mubarak, betapa pentingnya adab dan beliau menyukai adab walaupun sedikit dibandingkan dengan banyak ilmu dan di samping apabila meremehkan dengan adab maka akhirnya nanti bisa menegah dari mendapat ma’rifah.
Abu Ad-Daqqaq. Orang yang tidak memiliki adab maka wajib diusir dan bahkan dapat dikatan sama halnya dengan binatang karena tidak memelihara adab.
Perkataan sebagian ulama terhadap anaknya
bahwa mereka sangat mengutamakan adab pada saat menuntut ilmu, mereka lebih menyukai belajar satu bab tentang adab dibandingkan belajar tujuh puluh bab tentang ilmu. Maksudnya, bukan berarti mempelajari tentang ilmu itu tidak penting akan tetapi, harus dibarengi dengan belajar tentang adab walaupun hanya sedikit, karena sebanyak apapun ilmu yang telah dipelajari dan diperoleh kalau tidak mempelajari tentang adab. Dengan kata lain tidak beradab maka kemungkinan besar ilmu yang telah dipelajari tidak akan bermanfaat.
Abdurrahman Ibn Al-Qaasim
Sebagaimana yang telah dilakukan Abdurrahman terhadap gurunya yaitu adalah berkhadam selama dua puluh tahun lamanya, dua tahun belajar tentang ilmu, dan delapan belas tahun belajar tentang adab. Dari perkataan beliau ini dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya menjaga adab.
Di antara adab itu ada yang berlaku umum untuk semua mukallaf, sebagian lagi khusus bagi pencari ilmu. Diantara adab itu ada yang bisa dipahami melalui dharurat syara, ada yang bisa diketahui melalui tabiat dan ditunjukkan keumuman dalil syariat yang menyerukan untuk beradab mulia dan akhlak terpuji.27
Dengan demikian dapat disimpilkan bahwa yang dimaksud adab di sini adalah pembicaraan masalah pantas dan tidak pantasnya untuk dilakukan dan yang menjadi tolak ukurnya adalah Alquran, Hadits, dan Ijma ulama.
Kesimpulan dari pembahasan mengenai dari pengertian akhlak, moral, etika dan adab memiliki kesamaan substansial jika dilihat secara normatif, karena pola tindakan yang dinilai “baik” dan “buruk”, berdasarkan ide-ide yang berbeda. Etika dinilai menurut pandangan filsafat tentang munculnya tindakan dan tujuan rasional dari tindakan. Akhlak adalah wujud dari keimanan atau kekufuran manusia dalam bentuk tindakan, sedangkan moral merupakan bentuk tingkah laku yang diideologisasikan menururt pola hidup bermasyarakat dan bernegara yang rujukannya diambil terutama dari sosial normative suatu masyarakat, dari ideologi negara, dari agama, dan dapat pula diambil dari pandangan-pandangan filosofis manusia sebagai individu yang dihormati, sebagai pemimpin dab sebagai sesepuh masyarakat. Kemudian adab adalah pantas dan tidak pantasnya suatu perbuatan untuk dilakukan dan ditinggalkan yang menjadi tolak ukurnya adalah Alquran, Hadits, dan Ijma ulama.