_

SESI-12 MANUSIA YANG BERMANFAAT

MATA KULIAH KODE ETIK PROFESI

PRODI SAINS KOMUNIKASI



By: Himawan Dwiatmodjo, S.H., LLM.


"Jika kau tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau akan merasakan perihnya kebodohan." (Imam Syafi'i)

Di dalam hidup ini, kita tak perlu berupaya untuk menjadi seseorang yang disegani, apalagi ditakuti. Tetapi jadilah seseorang yang berguna bagi siapa pun di sekeliling diri kita. Kita wujudkan jiwa kepemimpinan dalam diri kita, agar diri kita bisa menjadi seseorang yang menginspirasi orang lain.


Mengapa Harus Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat?

خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ...

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri ...” (QS al-Isrâ/ 17: 7), dan sabda Rasulullah saw:

... وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ

“... dan barangsiapa (yang bersedia) membantu keperluan saudaranya, maka Allah (akan senantiasa) membantu keperluannya.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.

“Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca al-Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya.” (Hadits Riwayat Muslim)


Setelah mengetahui manfaat “menjadi pribadi yang bermanfaat”, pertanyaannya adalah: “bagaimana caranya agar kita menjadi pribadi yang bermanfaat?”

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Yûsuf/12: 53)

Hasan berkata, “Katakanlah kepadanya, 'Hai Tsabit, apa engkau tidak tahu bahwa langkah kakimu dalam rangka menolong saudaramu sesama muslim itu lebih baik bagimu daripada ibadah haji yang kedua kali?'“ Kemudian, mereka kembali menemui Tsabit dan menyampaikan apa yang dikatakan Hasan al-Bashri. Maka, Tsabit pun meninggalkan i’tikafnya dan pergi bersama mereka untuk membantu orang yang membutuhkan.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS al-Qashash/28: 77)


Lima Langkah-langkah Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat

Kuncinya adalah kemauan. Kemauan kita akan dapat memberikan manfaat kepada orang lain. (1) Jika kita memunyai harta, kita bisa memberikan manfaat kepada orang lain dengan harta. (2) Jika kita memunyai ilmu, kita bisa memberikan manfaat ilmu kepada orang lain. (3) Jika kita memunyai tenaga, kita bisa memberikan manfaat dari tenaga kita kepada orang lain.

Ini adalah langkah awal. Anda harus memiliki kemauan untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Bagaimana pun kondisi Anda. Jangan malah mencari-cari cara untuk mendapatkan manfaat dari orang lain, bahkan memanfaatkan orang lain.

Jika Anda mau, bagaimana pun kondisi Anda, Anda bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Bagaimana? Mau atau tidak? Jadi kata kuncinya adalah: “kemauan”.

Apa yang bisa Anda ‘lakukan sekarang’ untuk memberikan manfaat kepada orang lain? Anda bisa berbagi (melakukan sharing) artikel ini melalui facebook atau twitter Anda, misalnya. Ini jauh lebih memberikan manfaat kepada teman-teman Anda daripada Anda sibuk mengupdate status yang tidak penting, bahkan hanya berisi keluhan dan caci maki.

Lihatlah sekitar Anda, adakah yang bisa Anda bantu. Adakah yang bisa Anda lakukan untuk memerbaiki lingkungan, rumah, atau kantor Anda? Akan banyak yang bisa Anda lakukan untuk memberikan manfaat kepada orang lain.

Jika memberikan manfaat kepada orang sudah menjadi kebiasaan Anda, maka Anda sudah mulai menjadi pribadi yang bermanfaat. Pada langkah kedua, Anda baru disebutkan melakukan kebaikan (belum menjadi akhlaq), namun jika sudah menjadi kebiasaan dan menjadi gaya hidup Anda, maka Anda sudah mulai menjadi pribadi yang bermanfaat.

Ini yang kadang-kadang dilupakan orang. Banyak orang yang hanya membahas sampai pada taraf ‘melakukan kebaikan’ dengan cara membantu orang orang lain. Namun hal itu belum menjadi kepribadian, baru sebatas mau melakukan. Sebuah tindakan, akan menjadi sebuah akhlaq pada saat Anda sudah melakukannya dengan biasa, tanpa memikirkannya terlebih dahulu.

Ketika Anda memberi, belum tentu merupakan kepribadian Anda. Namun jika Anda sudah biasa memberi dan menjadi gaya hidup Anda, barulah disebut kepribadian (Anda).

Harus ditingkatkan? Tentu saja! Sebab menurut hadits di atas tidak hanya mengatakan menjadi pribadi yang bermanfaat, tetapi ada kata ‘superlatif’, yaitu paling. Artinya Anda ditantang untuk menjadi juara dalam kebaikan. Anda harus menjadi yang paling memberikan manfaat kepada orang lain. Bukan sekadar memberikan manfaat.

Bagaimana cara meningkatkan manfaat diri Anda? Ya, Anda harus meningkatkan kuantitas dan kualitas kebaikan Anda. Kuantitas bisa dilihat dari frekuensi dan besarnya apa yang Anda berikan kepada orang lain. Sementara kualitas manfaat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas diri Anda, yaitu dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuan Anda, sehingga apa yang Anda berikan semakin bermanfaat.

Jangan sampai ‘Anda’ memberikan manfaat kepada banyak orang, tetapi (lupa) ‘tidak’ memberikan manfaat untuk diri Anda sendiri. Jangan salah faham! Saya sama sekali tidak mengatakan agar kita berharap dari orang yang kita berikan manfaat. Bukan itu! Namun, yang saya maksud adalah: kita harus menghindari dari semua penghapus pahala amal itu, yaitu: “ketidak ikhlasan atau riyâ’.”

Jadi, agar kita benar-benar mendapatkan dari manfaat yang kita berikan kepada orang lain, kita harus ikhlas. Ikhlas adalah kunci diterimanya amal. Dan hanya amal yang diterima Allah SWT yang akan memberikan manfaat kepada kita dunia dan akhirat.

Tetapi, jangan khawatir! Sekecil apa pun amal saleh kita, Allah akan membalasnya dengan pahala yang sepadan dengannya. Sebagaimana firmanNya:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

“Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah-pun, ia akan mendapatkan balasannya .” (QS al-Zalzalah/99: 7)