PENCARI ILMU
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
By: Himawan Dwiatmodjo, S.H., LLM.
"Jika kau tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau akan merasakan perihnya kebodohan." (Imam Syafi'i)
Cara belajar dan mengajar pada mata kuliah ini yaitu dosen menyajikan materi perkuliahan, sebelum perkuliahan, mahasiswa mempelajari materi dan suplemen atas bahasan setiap pertemuan. Pada saat sesi perkuliahan di kelas, Dosen mempersilahkan mahasiswa untuk mendalami materi/ bahan perkuliahan yang telah disajikan Dosen, dengan cara bertanya, mendiskusikan, serta mengkritisi fenomena yang ada.
Cybergogy adalah metode pembelajaran yang menggunakan teknologi digital untuk meningkatkan aspek kognitif, emosional, dan sosial siswa. Ciri-ciri cybergogy antara lain:
Menggunakan media teknologi digital
Bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, emosional, dan sosial mahasiswa
Dapat diterapkan dalam penggunaan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
Menciptakan proses belajar dan mengajar dalam keadaan konsep yang baru
Mendorong para pembelajar untuk terlibat dalam lingkungan belajar dalam jaringan
Kata "cyber" berarti sesuatu yang berhubungan dengan internet, komputasi modern, dan teknologi. Sedangkan "gogy" muncul karena penggunaan internet dan teknologi komputasi secara luas oleh pelajar untuk memperoleh informasi dan pengetahuan.
Kumpulan buku elektronik:
Peran Serta Masyarakat dalam Mencegah Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa
Memahami Untuk Membasmi, Buku Panduan Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi
Perkuliahan :
Pertemuan ke-2 : Harta halal, dan harta haram
Harta halal
Harta haram
Harta Syu'bat
3 macam rezeki dalam Islam
Pertemuan ke-3 : Kisah-kisah tentang kehancuran karena korupsi
Bubarnya VOC
Pembangunan jalan daendels
Pertemuan ke-4 : Menjadi Profesional Berintegritas
Pemilik gelar Al-Amin itu bernama Muhammad
Integritas, Fondasi Moral Antikorupsi
Menginstall integritas pada diri pribadi
Integritas di dunia dan akhirat
Dampak profesional berintegritas bagi perusahaan
Apa Itu Korupsi?
Perilaku Koruptif
Integritas sebagai Nilai dan Prinsip Dasar Antikorupsi
Sejarah dan Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Pertemuan ke-6 : Faktor penyebab korupsi
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Pertemuan ke-7 : Dampak masif korupsi
Dampak Ekonomi
Dampak Politik dan Demokrasi
Dampak Pertahanan dan Keamanan
Dampak Ketahanan Budaya dan Religiositas
Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat
Dampak Birokrasi Pemerintahan dan Penegakan Hukum
Dampak terhadap Kerusakan Lingkungan
Pertemuan ke-9 : Upaya pemberantasan korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi Melalui Dua Pendekatan
Tugas dan Wewenang KPK
Struktur Organisasi KPK
Tantangan KPK
Rekam Jejak KPK
Skema Kerja Sama Antar Lembaga dalam Penanganan Kasus Korupsi
Pertemuan ke-10 : Gerakan, kerjasama, dan instrument internasional pencegahan korupsi
Korupsi Bisa Memengaruhi Kualitas Hidup Masyarakat di Suatu Negara
Organisasi Antikorupsi Internasional
Badan Antikorupsi
Pertemuan ke-11 : Gerakan, kerjasama, dan instrument nasional pencegahan korupsi
Gerakan dan Kerja Sama Pencegahan Korupsi di Sektor Pemerintah
Gerakan dan Kerja Sama Pencegahan Korupsi di Sektor Dunia Usaha
Gerakan dan Kerja Sama Pencegahan Korupsi di Sektor Politik
Gerakan dan Kerja Sama Pencegahan Korupsi di Masyarakat Sipil
Instrumen Nasional Pencegahan Korupsi
Pertemuan ke-12 : Tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan (1)
Merugikan Uang Negara
Penyuapan
Pemerasan
Penggelapan dalam Jabatan
Perbuatan Curang
Gratifikasi
Pertemuan ke-13 : Tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan (2)
Benturan (Konflik Kepentingan)
Setiap Orang Berpotensi Melakukan Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi
United Nation Convention against Corruption (UNCAC)
Saber Pungli
Pertemuan ke-14 : Korupsi di pelayanan publik
Pengertian Pelayanan Publik
Penyelenggara Pelayanan Publik
Bagaimana Mencegah Korupsi di Sektor Pelayanan Publik?
Pertemuan ke-15 : Peran mahasiswa dalam pencegahan korupsi
Peran Strategis Mahasiswa
Mengenal Perilaku Koruptif
Menjaga Integritas
Aksi untuk Integritas
membuat slide presentasi 7-13 halaman
mempresentasikan slide presentasi selama 15-20 menit
bertanya, menanggapi, dan menjawab secara berkelas
Kehadiran dan nilai, penilaian yaitu:
Kehadiran di kelas, bagi kehadiran kurang dari 12 kali pertemuan, tidak bisa mengikuti ujian akhir semester - 20 %
Tugas kuliah, (1) kumpulkan tugas (2) presentasi (3) bertanya, dan menanggapi - 30%
Ujian tengah semester - 20 %
Ujian akhir semester - 30 %
Imam Asy-Sya’bi pernah berkata, “Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekali pun di tembok.”
Imam Syafi’i rahimahullah juga pernah bertutur,
الْعِلْمُ صَيْدٌ وَالْكِتَابَةُ قَيْدُهُ * قَيِّدْ صُيُوْدَكَ بِالْحِبَالِ الْوَاثِقَهْ
فَمِنَ الْحَمَاقَةِ أَنْ تَصِيْدَ غَزَالَةً وَتَتْرُكَهَا بَيْنَ الْخَلاَئِقِ طَالِقَهْ
Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya
Ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat
Termasuk kebodohan kalau engkau memburu kijang
Setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. (Diwan Asy-Syafi’i)
Al-Imam Qatadah mengatakan:
القلم نعمة من الله عظيمة، لولا ذلك لم يقُـم دِيـن، ولـم يصلح عيش!
“Pena adalah nikmat yang sangat agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau tidak ada pena, maka agama ini tidak berdiri dengan kokoh dan kehidupan ini tidak berjalan dengan baik.”
Maksudnya adalah bahwa ilmu agama bisa sampai ke zaman kita ini karena dicatat di buku-buku para ulama. Penjelasan para ulama tercatat dengan rapi, maka sampai pada hari ini. Maka kalau tidak ada pena yang digunakan untuk menulis, agama ini tidak berdiri dengan kokoh, sunnah-sunnah Nabi akan tercecer, bahkan ayat-ayat Al-Qur’an akan berkurang dan seterusnya.
Ikatlah Ilmu dengan Tulisan
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قيِّدُوا العِلمَ بالكِتابِ
“Jagalah ilmu dengan menulis.” (Shahih Al-Jami’, no.4434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Yang dimaksud qayyidul ‘ilma adalah kuatkan dan hafalkan serta jaga jangan sampai lepas. Ilmu jika terus didengar, hati akan sulit mengingatnya. Ilmu itu diikat lalu dijaga. Jika hati sering lupa, ilmu itu perlahan-lahan akan hilang. Itulah sebabnya kenapa penting untuk mencatat. Allah pun telah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk mencatat karena itu bermaslahat untuk mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى فَاكْتُبُوهُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah: 282)
Imam Dzahabi Rahimahulloohu menceritakan dalam biografi Imam Sulaim bin Ayyub ar-Razi, bahwa ketika masih kecil sekitar umur sepuluh tahun, dia belajar mengaji kepada sebagian ustadz di kampungnya. Sang ustadz mengatakan, "Maju dan cobalah membaca al-Qur'an."
Dia (Sulaim bin Ayyub) pun berusaha semaksimal mungkin untuk membaca al-Fatihah, tetapi tidak bisa karena ada sesuatu pada lidahnya. Sang ustadz lalu bertanya, "Apakah engkau punya seorang ibu?"
"Ya," jawab Sulaim.
"Kalau begitu, mintalah kepada ibumu agar dia berdoa supaya Allah memudahkan engkau untuk bisa membaca al-Qur'an dan meraih ilmu agama," tutur sang ustadz selanjutnya. Sulaim menjawab, "Ya, akan saya sampaikan pada ibuku."
Maka setelah pulang ke rumah, dia menyampaikannya kepada ibunya, dan sang ibu lalu bermunajat dan berdoa kepada Allah. Setelah itu, Sulaim menginjak masa dewasa dan berkelana ke Baghdad untuk menuntut ilmu bahasa Arab, fiqih, dan lain-lain.
Ketika dia pulang kembali ke kampungnya di Ray sedang menyalin kitab Mukhtashar al-Muzani di sebuah masjid, ternyata ustadznya yang dahulu datang seraya mengucapkan salam kepadanya. Namun, sang ustadz sudah tidak mengenal Sulaim lagi. Tatkala ustadznya mendengar salinan kitab tersebut dan dia tidak paham apa yang sedang dibaca, dia berkomentar, "Kapankah ilmu seperti ini bisa dipelajari?" Kata Sulaim, "Ingin sekali rasanya saya mengatakan padanya: Jika Anda punya seorang ibu maka mintalah kepada ibu Anda agar mendoakan untuk Anda', tetapi saya malu mengatakan hal itu."
Doa orang tua terutama seorang ibu adalah mustajab (pasti terkabul). Sebab itu, wahai saudaraku penuntut ilmu, janganlah pernah engkau hanya bergantung pada dirimu. Tetaplah engkau memohon pertolongan kepada Allah dan mintalah kepada orang tuamu agar mendoakan untukmu dalam setiap kebaikan dunia akhirat. Semoga Allah menganugerahkan ilmu yang bermanfaat bagimu. Aamiin Yaa Robbal'Aalamiin.
[Siyar Alämin Nubala' 34/156-157 oleh Imam Adz-Dzahabi]