Doa Bila Terkena Masalah Hukum



Bantuan dari Tuhan Robbul Alamiin Teramat Diperlukan Dalam Penuntasan Perkara 


Kehidupan di dunia tidak akan pernah lepas dengan yang namanya ujian dan cobaan, kadang kala cobaan atau ujian tersebut berupa perkara hukum. Allah SWT sudah memastikan jauh-jauh hari bahwa akan mencoba setiap manusia dengan banyak tantangan.


Namun demikian sebagai makhluk yang beriman kita tidak boleh mengeluh dan pesimis. Kita harus terus berusaha untuk menuntaskan masalah yang kita hadapi dengan cara-cara yang baik.


Agar masalah yang kita hadapi segera selesai, selain berusaha, juga perlu bantuan dari Allah SWT dengan memanjatkan doa kepadaNya. Berikut ini adalah doa ketika menghadapi masalah dan agar dimudahkan dan segera keluar darmasalah yang besar.


1. Doa Terbebas Dari Masalah

sebagaimana disebutkan dalam Kitab Hadis Musnad Imam Ahmad, yaitu:


اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنَ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي

Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dun-yaa wal aakhirah. allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fi diini wa dunyaa-ya wa ahlii wa maalii. allahummas-tur ‘au-raatii wa aamin rau-’aatii. allahummah-fadz-nii min baini yadayya wa min khalfii wa ‘an yami inii wa ‘an syimaalii wa min fauqii. wa a-’uudzu bi ‘adzmatika an-ughtaala min tahtii.


Artinya: "Ya Allah, Sesungguhnya aku memohon ampunan dan terbebas dari masalah di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan dan terbebas dari masalah dalam urusan agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan tenangkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah! Jagalah aku dari arah muka, belakang, kanan, kiri dan dari atasku, dan aku berlindung dengan kebesaranMu, agar aku tidak dihancurkan dari bawahku."[1]


2. Doa Memohon Kemudahan

Dari Anas bin Malik, beliau berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً

“Allahumma laa sahla illa maa ja’altahu sahlaa, wa anta taj’alul hazna idza syi’ta sahlaa” 

Artinya: Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah[2].


3 Doa Agar Terlepas dari Sulitnya Utang (Kasus/Perkara Hutang/Piutang)


اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dosa dan sulitnya utang [3]


4. Doa Agar Lepas dari Utang Sepenuh Gunung (Kasus/Perkara Hutang/Piutang)


اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak

Artinya: Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu. [4]


5. Doa Dipermudah Urusan Dunia dan Akhirat


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

 Alloohumma ashlih lii diiniilladzii huwa ‘ishmatu amrii, wa ashlih lii dun-yaayallatii fiihaa ma’aasyii, wa ash-lih lii aakhirotiillatii fiihaa ma’aadii, waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khoirin, waj’alil mauta roohatan lii min kulli syarrin


Artinya: Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah -ya Allah- kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejahatan.[5]


Mari kita selalu panjatkan doa, setiap saat atas masalah hidup yang amat berat. Tetap berusaha semampunya untuk menuntaskan masalah tersebut.


Catatan kaki

[1] HR. Ahmad 4785, Abu Daud 5074, Ibn Majah 3871).

[2] Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya (3/255). Dikeluarkan pula oleh Ibnu Abi ‘Umar, Ibnus Suni dalam ‘Amal Yaum wal Lailah. (Lihat Jaami’ul Ahadits, 6/257, Asy Syamilah)

[3] HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 5

[4] HR. Tirmidzi no. 3563, hasan kata Syaikh Al Albani

[5] HR. Muslim no. 2720


6. Doa Memohon Petunjuk Ketika Terjadi Perselisihan


اَللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلَأرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ، اِهْدِنِيْ لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ؛ إِنَّكَ تَهْدِيْ مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ


Allaahumma rabba jibraa’iila wa miikaa’iila wa israafiil, faathiras samaawati wal ardh, ‘aalimal ghaibi wasy syahaadah, anta tahkumu baina ‘ibaadika fiimaa kaanuu fiihii yakhtalifuun, ihdinii limakhtulifa fiihi minal haqqi bi idznik, innaka tahdii man tasyaa’u ilaa shiraathin mustaqiim

“Ya Allah Rabb Jibril, Mikail, dan Isrofil([1]), Pencipta langit dan bumi yang maha mengetahui yang gaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan apa yang diperselisihkan oleh hamba-hambamu. Tunjukilah aku kepada kebenaran dalam apa yang diperselisihkan itu atas izinmu Sesungguhnya engkau menunjuki Siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus”.([2])

______________________________________________

([1]) Pengkhususan penyebutan ketiga malaikat ini sebagai bentuk memuliakan mereka (Syarah Hisnul Muslim 1/92) ketiga Malaikat ini adalah Malaikat yang ditugaskan dengan hayat (penghidupan) Jibril adalah Malaikat yang ditugaskan untuk membawa wahyu yang dengannya hati dan ruh menjadi hidup, Mikail adalah malaikat yang ditugaskan membawa hujan dengannya bumi, tumbuhan dan hewan hidup dan Isrofil bertugas meniup sangkakala yang dengannya makhluk kembali hidup setelah mereka semua mati (Fiqh Al-‘Ad’iyah wa Al-Adzkar 3/136)

([2]) HR. Muslim no. 770.


7. Doa Bila Takut Kezaliman Penguasa


Pertama


اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ، وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، كُنْ لِيْ جَارًا مِنْ (فُلاَنٍ بْنِ فُلاَنٍ)، وَأَحْزَابِهِ مِنْ خَلاَئِقِكَ، أَنْ يَفْرُطَ عَلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ أَوْ يَطْغَى، عَزَّ جَارُكَ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ، وَلاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ


Allaahumma robbas-samaawaatis-sab’i, wa robbal ‘arsyil ‘azhiim, kun lii jaaron min (fulaanibni fulaan yaitu sebut nama penguasa tersebut fulan bin fulan), wa ahzaabihi min kholaa-iqika, an yafrutho ‘alayya ahadun minhum au yath-ghoo, ‘azza jaaruka, wa jalla tsanaa-uka, wa laa ilaaha illa anta.


“Ya Allah, Tuhan Penguasa tujuh langit, Tuhan Penguasa ‘Arsy yang agung. Jadilah Engkau pelindung bagiku dari “Fulan bin Fulan” (yaitu nama penguasa tersebut), dan para kelompoknya dari makhlukMu. Jangan ada seorang pun dari mereka menyakitiku atau melampaui batas terhadapku. Sungguh kuat perlindunganMu, dan agunglah pujiMu. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau”([1]).


Kedua


اَللَّهُ أَكْبَرُ، اَللَّهُ أَعَزُّ مِنْ خَلْقِهِ جَمِيْعًا، اَللَّهُ أَعَزُّ مِمَّا أَخَافُ وَأَحْذَرُ، وَأَعُوْذُ بِاللَّهِ الَّذِيْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ هُوَ، اَلْمُمْسِكِ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ أَنْ يَقَعْنَ عَلَى اْلأَرْضِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، مِنْ شَرِّ عَبْدِكَ (فُلاَنٍ)، وَجُنُوْدِهِ وَأَتْبَاعِهِ وَأَشْيَاعِهِ، مِنَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ، اَللَّهُمَّ كُنْ لِيْ جَارًا مِنْ شَرِّهِمْ، وَجَلَّ ثَنَاؤُكَ وَعَزَّ جَارُكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَلاَ إِلَـٰهَ غَيْرُكَ


Allaahu akbar, allaahu a’azzu min kholqihi jamii’an, allaahu a’azzu mimmaa akhoofu wa ahdzar, wa a’uudzu billaahi-lladzii laa ilaaha illaa huu, al mumsikis-samaawaatis-sab’i an yaqo’na ‘alal ardhi illaa bi-idznih, min syarri ‘abdika fulaan (yaitu sebut namanya), wa junuudihi wa atbaa’ihi wa asy-yaa’ih, minal jinni wal ins, allaahumma kun lii jaaron min syarrihim, wa jalla tsanaa-uka wa ‘azza jaaruka, wa tabaarokasmuka, wa laa ilaaha ghoiruk (3x).


“Allah Maha Besar. Allah Maha Perkasa dari segala makhlukNya. Allah Maha Perkasa dari apa yang aku takutkan dan khawatirkan. Aku berlindung kepada Allah, yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, yang menahan tujuh langit agar tidak menjatuhi bumi kecuali dengan izinNya, dari kejahatan hambaMu Fulan, serta para pembantunya, pengikutnya dan pendukungnya, dari jenis jin dan manusia. Ya Allah, jadilah Engkau pelindungku dari kejahatan mereka. Agunglah pujiMu, kuatlah perlindunganMu dan Maha Suci asma-Mu. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau (3x)([2]).

__________________

([1]) HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 707. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 545.

([2]) HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 708. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 546.


8. Doa Bila Takut Kepada Suatu Kaum


اَللَّهُمَّ اكْفِنِيْهِمْ بِمَا شِئْتَ


Allaahummak-finiihim bimaa syi’ta.


“Ya Allah, cukupilah aku dalam menghadapi mereka dengan apa yang Engkau kehendaki”([1]).

([1]) HR. Muslim no.3005.


9. Doa Bertemu Musuh


Pertama


اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِيْ نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ


Allaahumma innaa naj’aluka fii nuhuurihim, wa na’uudzu bika min syuruurihim.

“Ya Allah, sesungguhnya aku menjadikan Engkau di leher mereka (agar kekuatan mereka tidak berdaya dalam berhadapan dengan kami). Dan aku berlindung kepadaMu dari kejelekan mereka”([1]).


Kedua


اللَّهُمَّ أَنْتَ عَضُدِيْ، وَأَنْتَ نَصِيْرِيْ، بِكَ أَجُوْلُ، وَبِكَ أَصُوْلُ، وَبِكَ أُقَاتِلُ


Allaahumma anta ‘adhudii, wa anta nashiirii, bika ajuulu, wa bika ashuulu, wa bika uqootil.

“Ya Allah, Engkau adalah lenganku (pertolonganMu yang kuandalkan dalam menghadapi lawanku). Engkau adalah pembelaku. Dengan pertolongan-Mu aku bergerak, dengan pertolongan-Mu aku menyergap dan dengan pertolongan-Mu aku berperang”([2]).


Ketiga


حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ


Hasbunallaah wa ni’mal wakiil.

“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”([3]).


Keempat


اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ، سَرِيْعَ الْحِسَابِ، اِهْزِمِ اْلأَحْزَابَ، اَللَّهُمَّ اهْزِمْهُمْ وَزَلْزِلْهُمْ


Allaahumma munzilal kitaab, sarii’al hisaab, ihzimil ahzaab, allaahummah-zimhum wa zalzilhum.

“Ya Allah, yang menurunkan Kitab Suci, yang menghisab perbuatan manusia dengan cepat. Ya Allah, cerai beraikanlah golongan musuh dan goncangkan mereka”([4]).

________________________-

([1]) HR. Abu Dawud 2/89. Menurut pendapat Al-Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi: Hadits di atas adalah shahih 2/142.

([2])  HR. Abu Dawud no.2632 3/42, At-Tirmidzi no. 3584 5/572, dan lihat Sahih At-Tirmidzi 3/183.

([3]) HR. Al-Bukhari no. 4563 5/172. Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, doa tersebut pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim ‘alahissalam ketika dilemparkan ke api dan pernah dibaca oleh Nabi Muhammad ketika manusia berkata kepadanya sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 173


الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ


“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (Syarah Hisnul Muslim karya Majdi bin Abdul Wahhab 1/218)

([4]) HR. Muslim no.1742.


10. Doa ketika sedih atau galau


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ صَدْرِيْ، وَجَلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ


ـJika yang berdoa wanita maka hendaknya yang bergaris dibawah diganti dengan([1]) :


أَمَتُكَ وَابْنَةُ عَبْدِكَ وَابْنَةُ أَمَتِكَ


“Allaahumma innii ‘abduka, wabnu ‘abdika, wabnu amatika (jika yang berdoa wanita maka diganti dengan : amatuka wabnatu ábdika wabnatu amatika), naashiyatii biyadika, maadhin fiyya hukmuka, ‘adlun fiyya qodhoo-uka, as-aluka bikullismin huwa laka, sammaita bihi nafsaka, au anzaltahu fii kitaabika, au ‘allamtahu ahadan min kholqika, awista’tsarta bihi fii ‘ilmil ghoibi ‘indaka, an taj’alal qur-aana robii’a qolbii, wa nuuro shodrii, wa jalaa-a huznii, wa dzahaaba hammii.”


“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu, dan anak hamba perempuanMu([2]), ubun-ubunku berada di tanganMu([3]), hukumMu berlaku terhadap diriku([4]), dan ketetapanMu adil pada diriku([5]). Aku memohon kepadaMu dengan segala Nama yang menjadi milikMu, yang Engkau namai diriMu dengannya, atau yang Engkau turunkan di dalam kitabMu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisiMu, maka aku mohon dengan itu agar Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku, pelipur kesedihanku, dan penghilang bagi kesusahanku.”([6])

______________________________

([1]) Meskipun dengan lafal yang pertama pun tidak mengapa, sehingga lelaki maupun wanita lafalnya sama. Akan tetapi yang lebih baik adalah dengan mengganti lafalnya tersebut.

Adapun jika lafalnya tetap maka lafal عَبْدٌ bisa digunakan untuk lelaki maupun wanita sebagaimana lafal الزَّوْجُ, yang bisa untuk suami maupun istri. Akan tetapi yang terbaik adalah dirubah. (Lihat penjelasan Ibnu Taimiyyah di Majmuu’ al-Fataawaa 22/488)

([2]) ini adalah pengakuan terhadap penghambaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. (lihat: Mirqootul Maffatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 4/1701)

([3]) maksudnya: tidak ada daya dan upaya kecuali dari-Mu. (lihat: Mirqootul Maffatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 4/1701)

([4]) yaitu hukum-Mu yang berupa perintah atau hukum kauni berupa kehidupan, kematian, pemberian dan yang lainnya berlaku untuk diriku. (lihat: Mirqootul Maffatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 4/1701)

([5]) maksudnya semua yang Allah subhanahu wa ta’ala tetapkan untuk diriku semuanya sesuai dengan hikmah-Nya. (lihat: Mirqootul Maffatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 4/1701)

([6]) H.R. Ahmad no.3712 dan dishahihkan oleh Al-Albani di Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 1/383


11. Doa ketika mengalami kesulitan


Pertama


اَللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً، وَأَنْتَ تَجْعَلُ الْحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً


“Allahumma laa sahla illaa maa ja’altahu sahlan, wa anta taj’alul hazna idzaa syi’ta sahlan.”

“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Sedang yang susah bisa Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya.”([1])


Kedua


اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو، فَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ


“Allaahumma rohmataka arjuu, falaa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ain, wa ashlih lii sya’nii kullah, laa ilaaha illaa anta.”


“Ya Allah, rahmatMu yang aku harapkan, maka jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku meskipun sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau.”([2])


Ketiga


doa Nabi Yunus álaihis salam


لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ


“Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minazh-zhoolimiin.”

“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”([3])


Keempat


اَللَّهُ اللَّهُ رَبِّي، لاَ أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

 

“Allaah Allaah robbii, laa usyriku bihi syai-an.”

“Allah, Allah adalah Tuhanku. Aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun.”([4])


Kelima


لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ اللَّهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ اْلأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ


“Laa ilaaha illallaahul ‘azhiimul haliim, laa ilaaha illallaahu robbul ‘arsyil ‘azhim, laa ilaaha illallaahu robbus-samaawaati wa robbul ardhi wa robbul ‘arsyil kariim.”

“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Agung dan Maha Lembut. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Tuhan yang menguasai arsy, yang Maha Agung. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, Tuhan yang menguasai langit dan bumi. Tuhan Yang menguasai arsy, lagi Maha Mulia.”([5])


([1]) H.R. Ibnu Hibban no. 2427 dan dishahihkan oleh Al-Albani di Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 6/902

Maksudnya kemudahan ini Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada orang yang menempuh jalan agar mendapat kemudahan. (lihat: Syarhu Sunan Abi  Dawud Libni Ruslan 19/62)

Maka dari sini kita pahami bahwa seseorang selain berdoa hendaknya ia mencari sebab agar yang ia mendapatkan yang ia harapkan.

([2]) H.R. Abu Dawud no. 5090, Ahmad no. 20430 dan Ibnu Hibban no. 970 dan sanadnya hasan menurut Al-Albani. Ini adalah salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah ketika seseorang mengalami suatu kesulitan dan kegundahan. Doa ini sangat bermanfaat bagi orang yang tertimpa suatu kesulitan dan menghilangkan kesulitan tersebut apabila dia membacanya dengan sungguh-sungguh, menghadirkan hatinya, men-tauhid-kan Allah dan mengagungkanNya. (Faidhul Qadir 3/526)

‘Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qari menjelaskan maksud dari “Ya Allah, rahmatMu yang aku harapkan, maka jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku meskipun sekejap mata” dikedepankannya objek yaitu rahmat Allah subhanahu wa ta’ala (karena dalam bahasa Arab urutan objek disebutkan setelah kata kerja atau predikat) untuk memberikan faedah kekhususan, maka ini melazimkan untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, seakan-akan orang yang berdoa dengan doa ini mengatakan: jika aku menyerahkan urusanku kepada-Mu maka jangan Engkau serahkan urusanku kepada diriku karena aku tidak mengetahui maslahat dan mafsadat urusanku, terkadang aku mengerjakan suatu urusan meyakininya baik ternyata berubah menjadi sesuatu yang rusak begitu juga sebaliknya.

([3]) H.R. Tirmidzi no. 3505, Ahmad no. 1462 dan dishahihkan oleh Al-Albani

([4]) H.R. Abu Dawud no. 1525, Ibnu Majah no. 3882 dan dishahihkan oleh Al-Albani. Rasulullah mengajarkan doa ini kepada Asma’ binti ‘Umais ketika mengalami suatu kesulitan (lihat: Fathul Bari Li Ibni Hajar 11/148).

([5]) H.R. Bukhari no. 6346 dan Muslim 2730

Hubungi Kami

Kantor Advokat dan Konsultan Hukum

Himawan Dwiatmodjo & Rekan

Jl. Rawa Kuning, Pulogebang, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia


Email: lawyerhdp@gmail.com

Telepon/Pesan Teks: +62895-4032-43447