By: Himawan Dwiatmodjo, S.H., LLM.
"Jika kau tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka kau akan merasakan perihnya kebodohan." (Imam Syafi'i)
Pendahuluan
Di era globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, dunia kerja menuntut individu untuk tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga sikap profesional. Istilah "profesional" dan "profesionalisme" menjadi bagian tak terpisahkan dalam pembentukan karakter kerja yang unggul. Keduanya bukan hanya sekadar label atau atribut semata, melainkan cerminan dari komitmen, etika, integritas, dan tanggung jawab yang diemban oleh seseorang dalam menjalankan tugas dan kewajibannya di suatu profesi.
Tulisan ini akan membahas secara komprehensif tentang pengertian profesional dan profesionalisme, karakteristiknya, pentingnya dalam dunia kerja, serta tantangan dan contoh penerapannya di berbagai bidang. Diharapkan pembahasan ini mampu memberikan pemahaman yang mendalam bagi pembaca, terutama para pelaku profesional, pelajar, dan pencari kerja, untuk menumbuhkan sikap dan nilai profesionalisme dalam dirinya.
Pengertian Profesional dan Profesionalisme
Profesional adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam suatu bidang dan menjalankan pekerjaannya sesuai dengan standar yang tinggi, baik dari segi kualitas, tanggung jawab, maupun etika kerja. Seorang profesional tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan moral dalam menjalankan tugasnya.
Sementara itu, profesionalisme adalah sikap, perilaku, dan cara berpikir yang mencerminkan standar dan etika dalam melaksanakan pekerjaan secara konsisten dan bertanggung jawab. Profesionalisme menunjukkan bagaimana seseorang mengelola diri, berinteraksi dengan orang lain, serta menyelesaikan pekerjaannya dengan penuh komitmen dan dedikasi.
Profesionalisme bukan sekadar tentang kemampuan, tetapi juga tentang karakter. Seseorang yang profesional bisa saja belum memiliki gelar tinggi, tetapi mampu menunjukkan etos kerja yang kuat, kejujuran, ketekunan, dan konsistensi dalam menjalankan tugas.
Karakteristik Profesional dan Profesionalisme
Untuk memahami lebih dalam, berikut adalah beberapa karakteristik yang menandakan seseorang memiliki sikap profesional dan menerapkan profesionalisme dalam profesinya:
Kompetensi
Seorang profesional menguasai bidang pekerjaannya secara mendalam. Ia terus mengembangkan keterampilannya melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. Kompetensi mencakup kemampuan teknis, keterampilan interpersonal, serta pengetahuan yang relevan dengan profesi yang dijalani.
Tanggung Jawab
Profesionalisme menuntut seseorang untuk bertanggung jawab atas tindakan dan hasil kerjanya. Ia tidak mencari kambing hitam saat terjadi kegagalan, melainkan mengevaluasi dan memperbaiki diri untuk hasil yang lebih baik.
Etika Kerja
Profesional selalu menjunjung tinggi etika kerja. Mereka memahami peraturan, kode etik profesi, dan norma-norma sosial yang berlaku. Kejujuran, keadilan, dan kerahasiaan menjadi nilai-nilai utama dalam tindakan sehari-hari.
Disiplin
Kedisiplinan adalah pilar penting dari profesionalisme. Seorang profesional memiliki kedisiplinan dalam waktu, berpakaian, bersikap, dan menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan.
Komunikasi Efektif
Mampu berkomunikasi secara jelas dan sopan menjadi ciri penting. Profesional mampu menyampaikan ide, mendengarkan dengan baik, dan menjaga hubungan kerja yang harmonis dengan rekan maupun klien.
Penampilan dan Perilaku
Penampilan juga menjadi bagian dari profesionalisme. Penampilan yang rapi dan sopan mencerminkan keseriusan dan rasa hormat terhadap pekerjaan. Begitu juga dengan sikap yang sopan, tenang, dan mampu mengendalikan emosi dalam situasi sulit.
Inovatif dan Adaptif
Seorang profesional tidak stagnan. Mereka terbuka terhadap perubahan, mampu beradaptasi, dan mencari cara baru untuk meningkatkan kinerja serta efisiensi kerja.
Pentingnya Profesionalisme dalam Dunia Kerja
Profesionalisme memiliki peran vital dalam keberhasilan individu maupun organisasi. Berikut beberapa alasannya:
Meningkatkan Kepercayaan
Sikap profesional meningkatkan kepercayaan klien, atasan, maupun rekan kerja. Orang cenderung lebih nyaman dan yakin bekerja sama dengan individu yang profesional.
Produktivitas dan Efisiensi
Profesionalisme menciptakan lingkungan kerja yang produktif. Pekerjaan diselesaikan dengan tepat waktu dan berkualitas tinggi, menghindari pemborosan waktu dan sumber daya.
Citra Positif Organisasi
Organisasi yang dipenuhi oleh tenaga kerja profesional akan memiliki reputasi baik di mata publik. Ini berdampak positif terhadap kredibilitas dan daya saing di pasar.
Mengurangi Konflik
Sikap profesional membantu menyelesaikan perbedaan pendapat secara bijaksana dan objektif. Ini menciptakan suasana kerja yang harmonis dan minim konflik.
Karier yang Lebih Stabil
Individu yang menunjukkan profesionalisme cenderung mendapatkan peluang promosi dan pengembangan karier yang lebih baik. Mereka dianggap dapat diandalkan dan layak dipercaya untuk memegang tanggung jawab yang lebih besar.
Tantangan dalam Menjaga Profesionalisme
Meskipun penting, menjaga profesionalisme bukanlah hal yang mudah. Terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, antara lain:
Tekanan dan Beban Kerja
Tuntutan kerja yang tinggi sering kali membuat seseorang kehilangan fokus dan kesabaran, sehingga profesionalisme bisa terganggu.
Lingkungan Kerja yang Tidak Mendukung
Lingkungan kerja yang penuh intrik, kurangnya penghargaan, atau pimpinan yang tidak profesional bisa melemahkan semangat dan sikap profesional karyawan.
Kurangnya Pelatihan dan Pendidikan Etika
Banyak individu tidak mendapatkan pendidikan khusus tentang etika kerja dan profesionalisme, sehingga mereka tidak sadar akan pentingnya sikap tersebut.
Godaan Praktik Tidak Etis
Godaan untuk melakukan tindakan tidak etis, seperti korupsi, manipulasi data, atau nepotisme, menjadi ujian berat bagi profesionalisme seseorang.
Perubahan Teknologi
Kemajuan teknologi menuntut adaptasi cepat. Bagi sebagian orang, hal ini menjadi beban dan bisa memengaruhi kualitas kerja serta sikap profesionalnya.
Penerapan Profesionalisme di Berbagai Bidang
Profesionalisme bukan milik satu bidang saja. Ia relevan dan krusial di semua profesi. Berikut adalah contoh penerapannya di beberapa sektor:
Kesehatan
Tenaga medis seperti dokter dan perawat harus menunjukkan profesionalisme tinggi karena berkaitan langsung dengan keselamatan pasien. Profesionalisme di bidang ini mencakup kerahasiaan pasien, ketepatan diagnosis, serta kepekaan terhadap penderitaan orang lain.
Pendidikan
Guru dan dosen wajib memiliki sikap profesional dalam mendidik dan membimbing peserta didik. Mereka harus adil, objektif, serta menjadi teladan dalam bersikap dan berbicara.
Hukum
Pengacara, hakim, dan penegak hukum lainnya harus menjaga integritas, tidak memihak, dan menaati kode etik profesinya untuk menegakkan keadilan.
Jurnalistik
Wartawan profesional tidak menyebarkan berita hoaks, menjaga independensi, serta menyajikan informasi yang akurat dan berimbang.
Teknologi Informasi
Profesional di bidang TI harus bertanggung jawab atas keamanan data, transparansi dalam pengembangan sistem, dan mencegah penyalahgunaan informasi digital.
Bisnis dan Keuangan
Profesionalisme dalam dunia bisnis mencakup transparansi laporan keuangan, pelayanan pelanggan yang jujur, dan kepatuhan terhadap regulasi industri.
Membangun dan Menjaga Profesionalisme
Membangun profesionalisme adalah proses panjang yang harus dilakukan secara sadar dan terus-menerus. Berikut adalah beberapa langkah untuk mengembangkan sikap profesional:
Pendidikan Berkelanjutan
Terus belajar dan mengembangkan diri melalui pelatihan, seminar, dan pendidikan formal sangat penting untuk menjaga kompetensi.
Mengenali dan Menerapkan Kode Etik Profesi
Hampir setiap profesi memiliki kode etik yang bisa dijadikan panduan perilaku. Memahami dan menerapkannya dalam praktik sehari-hari adalah fondasi profesionalisme.
Refleksi Diri
Secara berkala, individu harus mengevaluasi sikap dan perilakunya. Refleksi ini membantu mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki.
Membangun Hubungan Kerja yang Sehat
Mampu bekerja dalam tim, menghargai pendapat orang lain, dan membangun jaringan profesional merupakan bagian penting dari profesionalisme.
Menjaga Integritas
Kejujuran dan konsistensi dalam tindakan menjadi dasar dari kepercayaan. Sekali integritas rusak, sangat sulit untuk dipulihkan.
Penutup
Profesional dan profesionalisme adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan seseorang dalam menjalani profesinya. Di tengah persaingan global yang ketat, memiliki kompetensi saja tidak cukup. Diperlukan sikap profesional yang menjunjung tinggi etika, tanggung jawab, dan integritas.
Setiap individu, apa pun profesinya, memiliki tanggung jawab moral untuk mengembangkan sikap profesional. Organisasi pun memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung tumbuhnya profesionalisme.
Dengan menanamkan nilai-nilai profesionalisme, bukan hanya kualitas kerja yang meningkat, tetapi juga martabat profesi itu sendiri. Di sinilah letak keunggulan sejati seorang profesional—bukan hanya karena keahliannya, tetapi karena nilai-nilai yang ia pegang teguh dalam setiap langkahnya.
--------------------------------------------
Sumber :
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2017). Organizational Behavior (17th ed.). Pearson Education.
Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. RajaGrafindo Persada.
Profesi dan Etika Profesi (Edisi Revisi). (2019). Tim Dosen FISIP UI. Penerbit Universitas Indonesia.
Sulistyowati, E. (2014). Etika Profesi dan Profesionalisme. Graha Ilmu.
Freidson, E. (2001). Professionalism: The Third Logic. University of Chicago Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring – https://kbbi.kemdikbud.go.id
International Federation of Accountants (IFAC) – https://www.ifac.org
Zubaedi. (2011). Wacana Pendidikan Kewarganegaraan: Perspektif Multikultural dan Kontestasi Demokrasi. Pustaka Pelajar.
Diskusi Seru Kepatuhan Intern Bina Marga (DJBM) "Profesionalisme dan Etika: Menjaga Integritas di Tempat Kerja dan Keluarga" tanggal 18 maret 2025, pukul 09.00 WIB di youtube @pu_binamarga
Pendahuluan
Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, tuntutan terhadap sikap profesional semakin tinggi dalam berbagai bidang kehidupan, baik itu dalam dunia kerja, pendidikan, pemerintahan, maupun pelayanan publik. Profesionalisme tidak hanya dipahami dalam kerangka dunia sekuler dan teknis saja, namun juga memiliki akar spiritual dan nilai-nilai moral yang kuat dalam ajaran agama, khususnya Islam.
Islam, sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh (syamil wa kamil), telah memberikan panduan yang jelas dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam hal profesionalisme. Islam tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang benar, tata cara yang sesuai syariat, dan hasil yang baik, akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Tulisan ini akan membahas secara mendalam pengertian profesional dan profesionalisme dalam perspektif Islam, landasan normatif dari Al-Qur’an dan Hadis, nilai-nilai utama yang membentuk profesionalisme Islami, serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Profesional dan Profesionalisme dalam Islam
Secara umum, profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi, tanggung jawab, dan etika dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam perspektif Islam, profesional bukan sekadar soal keahlian teknis, namun lebih dari itu: ia mencakup aspek niat (niyyah), integritas moral, dan keikhlasan dalam bekerja.
Profesionalisme dalam Islam adalah manifestasi dari nilai-nilai Islam dalam perilaku kerja, seperti amanah (dapat dipercaya), ihsan (berbuat sebaik mungkin), istiqamah (konsisten), adil, dan bertanggung jawab. Profesionalisme bukan hanya soal produktivitas, tetapi juga kejujuran, ketulusan, dan kebermanfaatan bagi orang lain.
"Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang di antara kalian melakukan suatu pekerjaan, maka ia menyempurnakannya." (HR. al-Baihaqi)
Hadis ini menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk menjadi pribadi profesional yang berkualitas dan tidak asal-asalan dalam bekerja.
Landasan Profesionalisme dalam Al-Qur’an dan Hadis
Islam memberikan dasar-dasar yang kokoh terkait etos kerja dan profesionalisme melalui firman-firman Allah dalam Al-Qur’an serta sabda Rasulullah SAW. Berikut beberapa prinsip utama:
Amanah (Tanggung Jawab)
Amanah adalah prinsip utama dalam Islam yang menjadi ruh dari profesionalisme.
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..." (QS. An-Nisa: 58)
Dalam bekerja, seseorang dituntut untuk memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan. Menyalahgunakan wewenang atau melakukan kelalaian adalah bentuk pengkhianatan terhadap amanah.
Itqan (Kualitas dan Ketelitian Kerja)
Itqan berarti melakukan pekerjaan dengan penuh ketelitian, keakuratan, dan kualitas terbaik.
"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang apabila melakukan suatu pekerjaan, ia menyempurnakannya (itqan)." (HR. Thabrani)
Itqan adalah konsep profesionalisme Islami yang tidak hanya mengedepankan hasil, tapi juga proses yang benar dan bernilai.
Ihsan (Bekerja dengan Kesadaran Spiritual)
Ihsan berarti berbuat terbaik seolah-olah Allah sedang mengawasi.
"Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Profesionalisme dalam Islam tidak hanya berdasarkan standar manusia, tetapi juga pengawasan dari Allah (muraqabah).
Adil dan Jujur
Keadilan dan kejujuran adalah nilai universal dalam Islam, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sikap profesional.
"...Dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kamu menetapkan dengan adil..." (QS. An-Nisa: 58)
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur." (QS. At-Taubah: 119)
Kejujuran dalam bekerja akan membawa berkah dan kepercayaan.
5. Istiqamah (Konsistensi dan Komitmen)
Istiqamah dalam bekerja berarti tekun, konsisten, dan tidak mudah menyerah.
"Maka istiqamahlah kamu sebagaimana diperintahkan..." (QS. Hud: 112)
Seorang profesional dalam Islam adalah orang yang komitmen terhadap tugasnya, meskipun dalam kondisi sulit.
Ciri-Ciri Profesionalisme dalam Islam
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, dapat dirumuskan beberapa ciri utama profesionalisme dalam Islam:
Berorientasi pada niat baik (niyyah) dan ridha Allah.
Menjaga kejujuran dan integritas.
Menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas dan berkualitas.
Tidak melakukan penipuan, manipulasi, atau korupsi.
Menjaga waktu dan disiplin.
Menghormati sesama dan menjaga hubungan kerja yang harmonis.
Bertanggung jawab terhadap hasil kerja.
Terbuka terhadap kritik dan pembelajaran.
Berperilaku adil dan tidak diskriminatif.
Menjaga kebersihan, keteraturan, dan profesionalitas tampilan.
Profesionalisme Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW adalah teladan utama dalam menunjukkan profesionalisme dalam semua aspek kehidupan. Sebelum diangkat sebagai nabi, beliau dikenal dengan sebutan al-Amin (yang terpercaya), karena kejujuran dan integritasnya dalam berdagang.
Ketika menjadi pemimpin, beliau memperlihatkan:
Kecerdasan dan strategi yang luar biasa, seperti dalam Perang Khandaq.
Keadilan dalam memutus perkara, bahkan terhadap kaum Yahudi dan non-Muslim.
Etika bernegosiasi, seperti dalam Perjanjian Hudaibiyah.
Etos kerja tinggi, bahkan dalam urusan keluarga dan masyarakat.
Beliau tidak pernah menunda pekerjaan, tidak mengandalkan orang lain secara berlebihan, dan senantiasa memberikan hasil terbaik dalam setiap tugas.
Implementasi Profesionalisme Islam dalam Dunia Modern
Dalam Dunia Kerja
Seorang pegawai muslim harus datang tepat waktu, melaksanakan tugas dengan serius, tidak korupsi waktu, dan menjaga rahasia pekerjaan.
Bos atau pimpinan harus bersikap adil terhadap bawahan, memberi hak-hak egawai, dan tidak menekan secara zalim.
Dalam Pendidikan
Guru atau dosen dituntut untuk jujur dalam menyampaikan ilmu, tidak pilih kasih, dan terus memperbarui kompetensinya.
Mahasiswa yang profesional adalah yang disiplin, jujur saat ujian, dan tidak mencontek.
Dalam Pemerintahan
Pejabat publik harus amanah, tidak menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi, dan bekerja demi kesejahteraan masyarakat.
Dalam Dunia Bisnis
Pebisnis muslim harus menjual dengan cara yang jujur, tidak mengurangi timbangan, dan transparan terhadap kualitas produk.
Tantangan Profesionalisme dalam Konteks Umat Islam
Meskipun Islam memberikan pedoman yang sangat lengkap, banyak tantangan yang dihadapi umat Islam dalam menerapkan profesionalisme:
Budaya kerja yang permisif dan asal-asalan.
Kurangnya kesadaran spiritual dalam bekerja.
Dominasi orientasi materi dan pencitraan.
Minimnya pemahaman terhadap prinsip-prinsip etika Islam.
Kurangnya keteladanan dari pemimpin.
Islam mendorong umatnya untuk menjadikan pekerjaan sebagai jalan ibadah, bukan sekadar rutinitas duniawi. Oleh karena itu, revitalisasi nilai-nilai profesionalisme berbasis Islam menjadi kebutuhan mendesak.
Strategi Menumbuhkan Profesionalisme Islami
Meningkatkan spiritualitas kerja (work as worship).
Integrasi kurikulum etika Islam dalam pendidikan formal.
Keteladanan dari pimpinan di organisasi dan pemerintahan.
Pelatihan dan pembinaan akhlak kerja Islami.
Membangun budaya organisasi yang sehat dan Islami.
Penutup
Profesionalisme dalam Islam bukan sekadar keterampilan dan efisiensi kerja, melainkan mencakup dimensi iman, etika, dan tanggung jawab sosial. Islam mendorong umatnya untuk menjadi pekerja yang andal, jujur, disiplin, dan penuh integritas. Semua pekerjaan yang dilakukan dengan niat yang benar, proses yang halal, dan hasil yang bermanfaat akan dinilai sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
Dengan menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai fondasi dalam bekerja, umat Islam tidak hanya akan sukses di dunia, tetapi juga akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk menjadikan nilai-nilai profesionalisme sebagai bagian dari ibadah dan dakwah dalam kesehariannya.
Referensi
Al-Qur’an al-Karim.
Hadis Shahih Bukhari & Muslim.
Al-Ghazali. (2000). Ihya Ulumuddin.
Yusuf al-Qaradawi. (1995). Etika Islam dalam Kehidupan Modern. GIP.
M. Quraish Shihab. (2002). Wawasan Al-Qur'an. Mizan.
Ibn Khaldun. (2006). Muqaddimah. Pustaka Al-Kautsar.
Nasaruddin Umar. (2010). Etika Profesi dalam Islam. Pustaka Firdaus.
Wahbah az-Zuhaili. (2004). Fiqh Islam wa Adillatuhu.
Generasi Z (Gen Z), yaitu individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, merupakan kelompok usia yang kini mulai mendominasi angkatan kerja. Meskipun Gen Z dikenal memiliki keunggulan dalam hal teknologi, kreativitas, dan kesadaran sosial, mereka juga menghadapi sejumlah tantangan serius dalam mencapai profesionalisme di dunia kerja dan profesi. Berikut adalah beberapa problem utama Gen Z dalam menjadi profesional, lengkap dengan penjelasan dan referensi yang digunakan.
Kurangnya Soft Skills (Keterampilan Sosial dan Komunikasi)
Gen Z terbiasa dengan interaksi digital sejak usia dini. Akibatnya, banyak dari mereka kurang mengembangkan kemampuan komunikasi tatap muka, empati, dan keterampilan sosial lainnya, yang merupakan inti dari sikap profesional.
Keterampilan seperti negosiasi, public speaking, dan manajemen konflik sering kali belum terbentuk dengan baik karena lebih sering berkomunikasi lewat teks atau media sosial.
Hal ini menghambat kemampuan mereka untuk membangun relasi profesional, memimpin tim, dan bekerja dalam kolaborasi lintas generasi.
Referensi:
LinkedIn Learning. (2020). 2020 Workplace Learning Report.
World Economic Forum. (2020). The Future of Jobs Report.
Ekspektasi Karier yang Tidak Realistis
Banyak Gen Z tumbuh di era media sosial yang menampilkan "sukses instan", sehingga memunculkan ekspektasi tinggi namun tidak proporsional terhadap jenjang karier, gaji, dan posisi kerja.
Mereka cenderung ingin cepat naik jabatan, bekerja fleksibel dari mana saja, dan memiliki work-life balance tanpa memahami tuntutan dan tanggung jawab profesional.
Ketika ekspektasi ini tidak terpenuhi, mereka mudah merasa kecewa, tidak loyal, atau pindah kerja terlalu cepat.
Referensi:
Deloitte. (2023). Gen Z and Millennial Survey.
Twenge, J. M. (2017). iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious but More Tolerant—and Unprepared for Adulthood.
Rentan Mengalami Burnout dan Kesehatan Mental
Gen Z sangat terbuka tentang kesehatan mental dan lebih sadar terhadap stres kerja. Namun, mereka juga lebih mudah mengalami burnout akibat tekanan sosial, ketidakpastian ekonomi, dan tuntutan multitasking.
Tingkat kecemasan yang tinggi membuat sebagian dari mereka sulit untuk bertahan dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan.
Hal ini berdampak pada ketidakkonsistenan, semangat kerja rendah, dan ketidaktertiban dalam menyelesaikan tanggung jawab profesional.
Referensi:
McKinsey & Company. (2022). Addressing Gen Z's mental health crisis.
American Psychological Association. (2021). Stress in America: Generation Z.
Kecenderungan Job-Hopping dan Kurangnya Loyalitas
Banyak survei menunjukkan Gen Z lebih suka berpindah-pindah kerja (job-hopping) dalam waktu singkat dibanding generasi sebelumnya. Hal ini menunjukkan kurangnya komitmen jangka panjang, yang berlawanan dengan prinsip profesionalisme seperti istiqamah, tanggung jawab, dan dedikasi.
Motivasi utamanya bisa karena ingin pengalaman baru, ketidakpuasan terhadap lingkungan kerja, atau keinginan untuk mengejar pekerjaan yang lebih “meaningful”.
Referensi:
Gallup. (2022). How Millennials and Gen Z Want to Work and Live.
Harvard Business Review. (2021). Why Young Employees Quit.
Ketergantungan pada Teknologi dan Kurangnya Ketahanan Emosional
Kemudahan teknologi membuat banyak Gen Z terbiasa dengan instan (instant gratification). Hal ini membuat mereka cenderung kurang sabar dalam menghadapi proses panjang, tantangan, atau kegagalan.
Kemampuan problem solving, critical thinking, dan ketahanan menghadapi kritik kadang lemah karena lebih mengandalkan mesin daripada pengalaman langsung.
Dalam dunia kerja profesional, kemampuan untuk mengelola emosi, menerima kegagalan, dan belajar dari kesalahan sangat penting.
Referensi:
Twenge, J. M. (2017). iGen.
Pew Research Center. (2020). How Gen Z Navigates Digital Life.
Krisis Identitas dan Nilai-Nilai Kerja
Gen Z cenderung menanyakan makna pekerjaan dan mencari tujuan yang lebih dari sekadar uang. Meskipun ini baik, kadang mereka mengalami kebingungan dalam menyelaraskan nilai pribadi dengan budaya organisasi, sehingga sulit beradaptasi.
Jika lingkungan kerja tidak sesuai dengan idealisme mereka, maka semangat kerja bisa cepat menurun.
Sebagian juga bingung membedakan antara personal branding dan profesional branding, sehingga gaya berpakaian, etika, dan sikap kadang tidak selaras dengan dunia kerja.
Referensi:
Deloitte Insights. (2023). Purpose over Paycheck: Gen Z Career Values.
Barna Group. (2019). The Connected Generation.
Kurangnya Role Model Profesional
Banyak Gen Z tidak memiliki figur panutan profesional dalam keluarga atau lingkungan sosialnya, terutama mereka yang berasal dari daerah atau ekonomi lemah.
Tanpa bimbingan atau mentor, mereka cenderung mencari panduan dari media sosial atau influencer, yang seringkali tidak memberikan nilai-nilai profesional yang substansial.
Referensi:
Ernst & Young (EY). (2021). Future Workplace Index.
The Center for Generational Kinetics. (2022). Unlocking Gen Z’s Workforce Potential.
Kesimpulan
Gen Z memiliki potensi luar biasa: mereka inovatif, cepat belajar, dan melek teknologi. Namun, untuk menjadi profesional sejati, mereka perlu mengatasi berbagai tantangan seperti: kurangnya soft skills, ekspektasi tidak realistis, burnout, hingga krisis identitas kerja. Solusi yang bisa dikembangkan meliputi pelatihan soft skills, mentorship, penguatan nilai kerja Islami, dan pendekatan berbasis keseimbangan antara teknologi dan interaksi manusia.