MEMAAFKAN

Memaafkannya, mungkinkah?

Jika salah, mintalah maaf. Jika ada yang buat salah pada kita, terimalah permintaan maafnya.

ย 

Mudah Raih Rumah Di Surga

Dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu โ€˜anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ุฃูŽู†ูŽุง ุฒูŽุนููŠู…ูŒ ุจูุจูŽูŠู’ุชู ููู‰ ุฑูŽุจูŽุถู ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ู„ูู…ูŽู†ู’ ุชูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงุกูŽ ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูุญูู‚ู‘ู‹ุง ูˆูŽุจูุจูŽูŠู’ุชู ููู‰ ูˆูŽุณูŽุทู ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ู„ูู…ูŽู†ู’ ุชูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฐูุจูŽ ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูŽุงุฒูุญู‹ุง ูˆูŽุจูุจูŽูŠู’ุชู ููู‰ ุฃูŽุนู’ู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู†ู‘ูŽุฉู ู„ูู…ูŽู†ู’ ุญูŽุณู‘ูŽู†ูŽ ุฎูู„ูู‚ูŽู‡ู

โ€œAku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.โ€ (HR. Abu Daud, no. 4800. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

ย 

Bisa Memaafkan Itu Bagian Akhlak Mulia

Kalau kita menelusuri kitab Riyadhus Sholihin, setelah Imam Nawawi menyebutkan bab โ€œHusnul Khuluqโ€ yaitu berbudi pekerti yang baik, lantas beliau menyebutkan bab โ€œAl-Hilm wal Aanah war Rifqโ€ yaitu santun dan lemah lembut. Ini dalil Al-Qurโ€™an yang beliau maksudkan dalam bab tersebut agar kita sebagai seorang muslim dapat memiliki sifat santun dan lemah lembut. Inilah yang menunjukkan akhlak mulia.


Allah Taโ€™ala berfirman,

ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ูŠูู†ู’ููู‚ููˆู†ูŽ ูููŠ ุงู„ุณู‘ูŽุฑู‘ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุถู‘ูŽุฑู‘ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุงุธูู…ููŠู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุธูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุงูููŠู†ูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูŠูุญูุจู‘ู ุงู„ู’ู…ูุญู’ุณูู†ููŠู†ูŽ

โ€œ(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaโ€™afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.โ€ (QS. Ali Imran: 134)


ุฎูุฐู ุงู„ู’ุนูŽูู’ูˆูŽ ูˆูŽุฃู’ู…ูุฑู’ ุจูุงู„ู’ุนูุฑู’ูู ูˆูŽุฃูŽุนู’ุฑูุถู’ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููŠู†ูŽ

โ€œJadilah engkau pemaโ€™af dan suruhlah orang mengerjakan yang maโ€™ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.โ€ (QS. Al-Aโ€™raf: 199)


ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุณู’ุชูŽูˆููŠ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ุงู„ุณู‘ูŽูŠู‘ูุฆูŽุฉู ุงุฏู’ููŽุนู’ ุจูุงู„ู‘ูŽุชููŠ ู‡ููŠูŽ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ููŽุฅูุฐูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุจูŽูŠู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ุนูŽุฏูŽุงูˆูŽุฉูŒ ูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽู„ููŠู‘ูŒ ุญูŽู…ููŠู…ูŒ (34) ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูู„ูŽู‚ู‘ูŽุงู‡ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุตูŽุจูŽุฑููˆุง ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูู„ูŽู‚ู‘ูŽุงู‡ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฐููˆ ุญูŽุธู‘ู ุนูŽุธููŠู…ู (35)

โ€œDan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.โ€ (QS. Fushilat: 34-35)


ูˆูŽู„ูŽู…ูŽู†ู’ ุตูŽุจูŽุฑูŽ ูˆูŽุบูŽููŽุฑูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูŽู…ูู†ู’ ุนูŽุฒู’ู…ู ุงู„ู’ุฃูู…ููˆุฑู

โ€œTetapi orang yang bersabar dan memaโ€™afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.โ€ (QS. Asy-Syura: 43)


Kalau kita melihat kandungan ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa termasuk akhlak mulia yaitu:

ย 

Bagi yang Berbuat Salah

Ada dua pihak yang terlibat dalam pertikaian: (1) yang berbuat salah, (2) yang dizalimi

Yang berbuat salah tentu saja punya kewajiban meminta maaf. Meminta maafnya bukan tunggu moment tertentu, bukan tunggu nanti pas Syawalan atau Halal bi Halal. Setiap tindakan jelek mesti diselesaikan sesegera mungkin. Kapan? Yah, pas buat salah langsung meminta maaf.

Jangan jadi orang yang pura-pura tidak berbuat salah.

Contohnya saja jangan jadi orang yang pura-pura melupakan utang.


Dari โ€˜Urwah, dari โ€˜Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฏู’ุนููˆ ููู‰ ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽูŠูŽู‚ููˆู„ู ยซ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุฅูู†ูู‘ู‰ ุฃูŽุนููˆุฐู ุจููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ุซูŽู…ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุฑูŽู…ู ยป . ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ู‚ูŽุงุฆูู„ูŒ ู…ูŽุง ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู…ูŽุง ุชูŽุณู’ุชูŽุนููŠุฐู ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุฑูŽู…ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุบูŽุฑูู…ูŽ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽ ููŽูƒูŽุฐูŽุจูŽ ูˆูŽูˆูŽุนูŽุฏูŽ ููŽุฃูŽุฎู’ู„ูŽููŽ

โ€œNabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam biasa berdoโ€™a di dalam shalat: Allahumma inni aโ€™udzu bika minal maโ€™tsami wal maghrom (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak hutang).โ€ Lalu ada yang berkata kepada beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, โ€œKenapa engkau sering meminta perlindungan dari hutang?โ€ Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam lantas bersabda, โ€œJika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.โ€ (HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 589).


Jadi kalau buat salah, akui kesalahan dan mintalah maaf.

Coba perhatikan cara-cara meminta maaf:

Jangan mencoba untuk melupakan kesalahan dengan sebuah alasan atau permohonan maaf yang lemah. hanya akan menjadikan kesalahan semakin buruk. Jadi, jangan katakan โ€œItu bukan hal yang besar,โ€ โ€œSaya tidak bermaksud melakukannya,โ€ atau โ€œAnda terlalu berlebihanโ€. Sebaliknya, katakanlah โ€œSaya telah membuat kesalahan besar,โ€ โ€œSeharusnya saya tidak melakukannya,โ€ atau โ€œSaya seharusnya tahu mana yang benar.โ€

Sebuah permintaan maaf yang baik mengungkapkan masalah yang maksud dengan menggunakan kata โ€œkarenaโ€. Jadi jangan katakan โ€œMaaf, saya lupa janji utang kemarin.โ€ Sebaliknya, katakanlah โ€œMaaf, saya lupa janji utang kemarin karena memang saya sebenarnya malu belum punya uang untuk melunasi.โ€

Satu kata itu dapat merusak permohonan maaf Anda. Itu adalah sebuah cara untuk menutupi kesalahan. Tidak baik mengatakan, โ€œMaaf saya lupa utang tersebut dilunasi kemarin, tetapi Anda seharusnya mengingatkan saya.โ€

ย 

Bagi yang Disakiti (Dizalimi)

Bagi yang dizalimi yang bisa dilakukan adalah:

ย 

Menahan amarah atau hilm

Dari Aisyah radhiyallahu โ€˜anha, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam pernah bersabda,

ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ุฑู‘ููู’ู‚ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽูƒููˆู†ู ููู‰ ุดูŽู‰ู’ุกู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุฒูŽุงู†ูŽู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูู†ู’ุฒูŽุนู ู…ูู†ู’ ุดูŽู‰ู’ุกู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุดูŽุงู†ูŽู‡ู

โ€œSesungguhnya kelembutan jika ada dalam sesuatu, maka akan membuat sesuatu menjadi indah. Namun jika kelembutan itu lepas, maka akan membuat sesuatu jadi jelek.โ€ (HR. Muslim, no. 2594)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu โ€˜anhu, ia berkata,

ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฃูŽุนู’ุฑูŽุงุจููŠู‘ู‹ุง ุจูŽุงู„ูŽ ููู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ุŒ ููŽุซูŽุงุฑูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ู„ููŠูŽู‚ูŽุนููˆุง ุจูู‡ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ยซ ุฏูŽุนููˆู‡ู ุŒ ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ุฑููŠู‚ููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุจูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุฐูŽู†ููˆุจู‹ุง ู…ูู†ู’ ู…ูŽุงุกู โ€“ ุฃูŽูˆู’ ุณูŽุฌู’ู„ุงู‹ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุงุกู โ€“ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุจูุนูุซู’ุชูู…ู’ ู…ููŠูŽุณู‘ูุฑููŠู†ูŽ ุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุชูุจู’ุนูŽุซููˆุง ู…ูุนูŽุณู‘ูุฑููŠู†ูŽ ยป

โ€œAda seorang Arab Badui kencing di masjid. Orang-orang kemudian marah ingin memukulnya, Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam ketika itu malah mengatakan, โ€œBiarkan dia. Siramkan saja pada kencingnya seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk dipermudah, bukan untuk mempersulit.โ€ย  (HR. Bukhari, no. 220, 6128)

ย 

Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Aisyah radhiyallahu โ€˜anha pernah mengatakan,

ู…ูŽุง ุถูŽุฑูŽุจูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู‚ูŽุทู‘ู ุจููŠูŽุฏูู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู‹ ูˆูŽู„ุงูŽ ุฎูŽุงุฏูู…ู‹ุง ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฌูŽุงู‡ูุฏูŽ ููู‰ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ู†ููŠู„ูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุดูŽู‰ู’ุกูŒ ู‚ูŽุทู‘ู ููŽูŠูŽู†ู’ุชูŽู‚ูู…ูŽ ู…ูู†ู’ ุตูŽุงุญูุจูู‡ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูู†ู’ุชูŽู‡ูŽูƒูŽ ุดูŽู‰ู’ุกูŒ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุญูŽุงุฑูู…ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ููŽูŠูŽู†ู’ุชูŽู‚ูู…ูŽ ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽุฒู‘ูŽ ูˆูŽุฌูŽู„ู‘ูŽ

โ€œRasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam tidak pernah memukul apa pun dengan tangannya. Ia juga tidak pernag memukul istri-istrinya dan hamba sahayanya. Kecuali, apabila beliau berjihad di jalan Allah. Dan ketika beliau disakiti, beliau sama sekali tidak pernah membalas orang yang menyakitinya, kecuali bila apa yang telah diharamkan Allah Taโ€™ala itu dilanggar; maka beliau membalas karena Allah Taโ€™ala.โ€ (HR. Muslim, no. 2328)


Ibnu Masโ€™ud radhiyallahu โ€˜anhu pernah berkata,

ูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูู‰ ุฃูŽู†ู’ุธูุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ูŠูŽุญู’ูƒูู‰ ู†ูŽุจููŠู‘ู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ุถูŽุฑูŽุจูŽู‡ู ู‚ูŽูˆู’ู…ูู‡ู ููŽุฃูŽุฏู’ู…ูŽูˆู’ู‡ู ุŒ ูˆูŽู‡ู’ูˆูŽ ูŠูŽู…ู’ุณูŽุญู ุงู„ุฏู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ูˆูŽุฌู’ู‡ูู‡ู ุŒ ูˆูŽูŠูŽู‚ููˆู„ู ยซ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู‚ูŽูˆู’ู…ูู‰ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ยป

โ€œSeolah-olah aku masih dapat melihat Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam ketika beliau menceritakan seorang nabi dari para nabi, yaitu ketika nabi tersebut dipukul oleh kaumnya hingga menyebabkan keluar darahnya dan nabi itu mengusap darah tersebut dari wajahnya sambil berdoโ€™a, โ€œYa Allah, ampunilah kaumku karena mereka itu tidak mengetahui.โ€ (HR. Bukhari, no. 3477; Muslim, 1792)

ย 

Membalas Kejelekan dengan Kebaikan

Dari Anas radhiyallahu โ€˜anhu, ia berkata,

ูƒูู†ู’ุชู ุฃูŽู…ู’ุดูู‰ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูุฑู’ุฏูŒ ู†ูŽุฌู’ุฑูŽุงู†ูู‰ู‘ูŒ ุบูŽู„ููŠุธู ุงู„ู’ุญูŽุงุดููŠูŽุฉู ุŒ ููŽุฃูŽุฏู’ุฑูŽูƒูŽู‡ู ุฃูŽุนู’ุฑูŽุงุจูู‰ู‘ูŒ ููŽุฌูŽุฐูŽุจูŽู‡ู ุฌูŽุฐู’ุจูŽุฉู‹ ุดูŽุฏููŠุฏูŽุฉู‹ ุŒ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ู†ูŽุธูŽุฑู’ุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุตูŽูู’ุญูŽุฉู ุนูŽุงุชูู‚ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุซู‘ูŽุฑูŽุชู’ ุจูู‡ู ุญูŽุงุดููŠูŽุฉู ุงู„ุฑู‘ูุฏูŽุงุกู ู…ูู†ู’ ุดูุฏู‘ูŽุฉู ุฌูŽุฐู’ุจูŽุชูู‡ู ุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูุฑู’ ู„ูู‰ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุงู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐูู‰ ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽ . ููŽุงู„ู’ุชูŽููŽุชูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุŒ ููŽุถูŽุญููƒูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ู„ูŽู‡ู ุจูุนูŽุทูŽุงุกู

โ€œSaya pernah berjalan bersama Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam dan beliau mengenakan baju buatan negeri Najran yang kasar tepinya. Lalu ada seorang Arab Badui yang menemuinya, kemudian ia menarik-narik selendang beliau dengan kuat. Saya melihat leher beliau terdapat bekas ujung baju karena kerasnya tarikan orang Badui itu. Kemudian ia berkata, โ€œWahai Muhammad berilah kepadaku harta Allah yang ada padamu.โ€ Beliau menoleh kepada orang Badui itu. Sambil tersenyum, beliau menyuruh untuk memenuhi permintaan orang Badui itu.โ€ (HR. Bukhari, 3149; Muslim, no. 1057)



Sumber: Muhammad Abduh Tuasikal, Memaafkannya, Mungkinkah?, https://rumaysho.com/13962-memaafkannya-mungkinkah.htmlย 

Mudah memaafkan

Satu pelajaran lagi yang bisa kita ambil dari hadits Jabir bin Sulaim adalah perintah untuk mudah memaafkan orang lain.


Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam memberikan wasiat pada Jabir bin Sulaim,

ย ูˆูŽุฅูู†ู ุงู…ู’ุฑูุคูŒ ุดูŽุชูŽู…ูŽูƒูŽ ูˆูŽุนูŽูŠู‘ูŽุฑูŽูƒูŽ ุจูู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ูููŠูƒูŽ ููŽู„ุงูŽ ุชูุนูŽูŠู‘ูุฑู’ู‡ู ุจูู…ูŽุง ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ู ูููŠู‡ู ููŽุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูˆูŽุจูŽุงู„ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู

โ€œJika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.โ€ (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).


Sulit dan amat berat bagi hati jika ada yang berbuat salah pada kita, lantas tidak dibalas. Pasti kita punya keinginan untuk membalasnya.


Kalau kita dipermalukan, pasti ingin pula mempermalukannya.


Kalau kita dicela, pasti ingin pula membalas dengan celaan.


Hampir watak setiap orang yang disakiti dan dizalimi seperti itu.


Namun lihatlah betapa mulianya yang diajarkan oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam. Ketika kita dipermalukan dan dihina, maka kita tidak perlu balas dengan menghina dan mencela orang tersebut walau kita tahu kekurangan yang ada pada dirinya dan bisa menjatuhkannya. Biarlah akibat jelek dari mencela dan menjatuhkan itu, akan ditanggung di akhirat.


Syaikh Muhammad bin Shalih Al โ€˜Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang hadits di atas, โ€œHendaklah setiap orang memiliki sifat mudah memaafkan yang lain. Tidak semua isu yang sampai ke telinganya, ia terima mentah-mentah, lantas ia membenci orang yang menyuarakan isu yang tidak menyenangkan tersebut. Hendaklah setiap orang memiliki sifat pemaaf. Karena Allah sangat menyukai orang yang memiliki sifat mulia tersebut, yang mudah memaafkan yang lain. Lantaran itu, ia akan diberi ganjaran. Karena jika dibalas dengan saling mempermalukan dan menjatuhkan, pasti konflik yang terjadi tak kunjung usai. Permusuhan akan tetap terus ada. Jika malah dibalas dengan diam, maka rampunglah perselisihan yang sedang berkecamuk.โ€ (Syarh Riyadhis Sholihin, 4: 297).


Syaikh juga menjelaskan bagaimanakah sifat ibadurrahman,

ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฎูŽุงุทูŽุจูŽู‡ูู…ู ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ููˆู†ูŽ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุณูŽู„ูŽุงู…ู‹ุง

โ€œDan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. โ€ (QS. Al Furqon: 63).


Syaikh Muhammad membicarakan ayat di atas, โ€œJika ada orang jahil mengejek, maka balaslah dengan mengucapkan doa kebaikan untuknya semisal mengucapkan โ€˜jazakallah khoironโ€˜ (artinya: semoga Allah membalas kebaikanmu). Lalu berpalinglah darinya. Tidak perlu berbicara dan melakukan hal lainnya.โ€ (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 297-298).


Adab yang diajarkan dalam Al Qurโ€™an pula adalah membalas setiap tingkah laku jelek dari orang lain dengan kebaikan. Siapa yang bisa melakukan hal ini, sungguh ia benar-benar memiliki sifat sabar. Allah Taโ€™ala berfirman,

ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุณู’ุชูŽูˆููŠ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ุงู„ุณู‘ูŽูŠู‘ูุฆูŽุฉู ุงุฏู’ููŽุนู’ ุจูุงู„ู‘ูŽุชููŠ ู‡ููŠูŽ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ููŽุฅูุฐูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุจูŽูŠู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ุนูŽุฏูŽุงูˆูŽุฉูŒ ูƒูŽุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽู„ููŠู‘ูŒ ุญูŽู…ููŠู…ูŒ ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูู„ูŽู‚ู‘ูŽุงู‡ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุตูŽุจูŽุฑููˆุง ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูู„ูŽู‚ู‘ูŽุงู‡ูŽุง ุฅูู„ู‘ูŽุง ุฐููˆ ุญูŽุธู‘ู ุนูŽุธููŠู…ู

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.โ€ (QS. Fushilat: 34-35)


Mujahid berkata bahwa yang dimaksud balaslah dengan yang lebih baik yaitu balaslah dengan berjabat tangan dengannya. (Lihat Hilyatul Auliyaโ€™, 3: 299, dinukil dari At Tadzhib li Hilyatil Auliyaโ€™, hal. 771).


Sahabat yang mulia, Ibnu โ€˜Abbas -radhiyallahu โ€˜anhuma- mengatakan, โ€œAllah memerintahkan pada orang beriman untuk bersabar ketika ada yang membuat marah, membalas dengan kebaikan jika ada yang buat jahil, dan memaafkan ketika ada yang buat jelek. Jika setiap hamba melakukan semacam ini, Allah akan melindunginya dari gangguan setan dan akan menundukkan musuh-musuhnya. Malah yang semula bermusuhan bisa menjadi teman dekatnya karena tingkah laku baik semacam ini.โ€


Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, โ€œNamun yang mampu melakukan seperti ini adalah orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yg menyakiti kita dengan kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.โ€ (Lihat Tafsir Al Qurโ€™an Al โ€˜Azhim, 6: 529-530)


Jika kita mudah memaafkan yang lain โ€ฆ

ููŽู…ูŽู†ู’ ุนูŽููŽุง ูˆูŽุฃูŽุตู’ู„ูŽุญูŽ ููŽุฃูŽุฌู’ุฑูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู

โ€œMaka barang siapa memaโ€™afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.โ€ (QS. Asy-Syura: 40)

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah untuk mudah memaafkan lainnya.




Sumber: Muhammad Abduh Tuasikal, Mudah memaafkan, https://rumaysho.com/7637-mudah-memaafkan.html

Sudahlah Maafkanlah Dia Agar Allah Memaafkan Kita

Maafkanlah dia agar Allah memaafkan kita. Semoga kita bisa menghilangkan dendam, kesalahan orang lain tak perlu kita tuntut di akhirat.


Allah Taโ€™ala berfirman,

ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฃู’ุชูŽู„ู ุฃููˆู„ููˆ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ุนูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ูŠูุคู’ุชููˆุง ุฃููˆู„ููŠ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงูƒููŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู‡ูŽุงุฌูุฑููŠู†ูŽ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽู„ู’ูŠูŽุนู’ูููˆุง ูˆูŽู„ู’ูŠูŽุตู’ููŽุญููˆุง ุฃูŽู„ูŽุง ุชูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุบู’ููุฑูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุบูŽูููˆุฑูŒ ุฑูŽุญููŠู…ูŒ

โ€œDan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaโ€™afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.โ€ (QS. An-Nuur: 22)


Penjelasan ayat


Disebutkan oleh Aisyah saat ujian yang menimpanya ketika difitnah berselingkuh, ia mengatakan,

โ€œKetika Allah Subhanahu wa Taโ€™ala telah menurunkan sepuluh ayat (terbebasnya Aisyah dari tuduhan selingkuh), maka Abu Bakar radhiyallahu โ€˜anhuโ€“beliau adalah orang yang memberikan nafkah kepada Misthah bin Utsatsah radhiyallahu โ€˜anhu karena masih ada hubungan kerabat dan karena ia orang fakirโ€“berkata, โ€˜Demi Allah, aku tidak akan memberi nafkah kepadanya lagi untuk selamanya setelah apa yang ia katakan kepada Aisyah.โ€™ Kemudian Allah Subhanahu wa Taโ€™ala menurunkan ayat berikut (yang artinya), โ€œDan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.โ€ (QS. An-Nur: 22)


โ€œLantas Abu Bakar radhiyallahu โ€˜anhu berkata, โ€˜Baiklah. Demi Allah, sungguh aku suka bila Allah Subhanahu wa Taโ€™ala mengampuniku.โ€™ Kemudian beliau kembali memberi nafkah kepada Misthah yang memang sejak dahulu ia selalu memberinya nafkah. Bahkan ia berkata, โ€˜Aku tidak akan berhenti memberi nafkah kepadanya untuk selamanya.โ€™ Aisyah radhiyallahu โ€˜anha melanjutkan, โ€˜Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bertanya kepada Zainab binti Jahsy radhiyallahu โ€˜anha, istri Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam mengenai persoalanku. Beliau berkata, โ€˜Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui atau yang kamu lihat?โ€™ Ia menjawab, โ€˜Wahai Rasulullah! Aku menjaga pendengaran dan penglihatanku. Demi Allah, yang aku tahu dia hanyalah baik.โ€™ Aisyah radhiyallahu โ€˜anha mengatakan, โ€˜Dialah di antara istri-istri Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam yang menyaingiku dalam hal kecantikan, tetapi Allah Subhanahu wa Taโ€™ala melindunginya dengan sifat waraโ€™. Sedangkan saudara perempuannya, Hamnah binti Jahsy radhiyallahu โ€˜anha bertentangan dengannya. Maka, binasalah orang-orang yang binasa.โ€ (HR. Bukhari, no. 2661 dan Muslim, no. 2770)



Pelajaran penting yang bisa dipetik dari ayat di atas tentang memaafkan:


ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุณู’ุชูŽูˆููŠ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ุงู„ุณูŽู‘ูŠูู‘ุฆูŽุฉู ุงุฏู’ููŽุนู’ ุจูุงู„ูŽู‘ุชููŠ ู‡ููŠูŽ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ููŽุฅูุฐูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุจูŽูŠู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ุนูŽุฏูŽุงูˆูŽุฉูŒ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽู„ููŠูŒู‘ ุญูŽู…ููŠู…ูŒ (34) ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูู„ูŽู‚ูŽู‘ุงู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุตูŽุจูŽุฑููˆุง ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูู„ูŽู‚ูŽู‘ุงู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฐููˆ ุญูŽุธูู‘ ุนูŽุธููŠู…ู

โ€œDan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.โ€ (QS. Fushilat: 34-35)


ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูู†ู’ููู‚ููˆู†ูŽ ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ุฑูŽู‘ุงุกู ูˆูŽุงู„ุถูŽู‘ุฑูŽู‘ุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุงุธูู…ููŠู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุธูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุงูููŠู†ูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ูŠูุญูุจูู‘ ุงู„ู’ู…ูุญู’ุณูู†ููŠู†ูŽ

โ€œ(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaโ€™afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.โ€ (QS. Ali Imran: 134)

ูˆูŽุฌูŽุฒูŽุงุกู ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุฉู ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุฉูŒ ู…ูุซู’ู„ูู‡ูŽุง ููŽู…ูŽู†ู’ ุนูŽููŽุง ูˆูŽุฃูŽุตู’ู„ูŽุญูŽ ููŽุฃูŽุฌู’ุฑูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽุง ูŠูุญูุจูู‘ ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู†ูŽ

โ€œDan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.โ€ (QS. Asyu-Syura: 40)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu โ€˜anhu, ia berkata bahwa Rasul shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ู…ูŽุง ู†ูŽู‚ูŽุตูŽุชู’ ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุงู„ู ูˆูŽู…ูŽุง ุฒูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ุนูŽุจู’ุฏู‹ุง ุจูุนูŽูู’ูˆู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุนูุฒู‹ู‘ุง ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽูˆูŽุงุถูŽุนูŽ ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ู„ูู„ูŽู‘ู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฑูŽููŽุนูŽู‡ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู

โ€œSedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin membuatnya mulia. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhuโ€™ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.โ€ (HR. Muslim, no. 2588)


Memaafkan yang salah berlaku jika yang salah tersebut tahu akan kesalahan dan kezalimannya, ini dianjurkan. Begitu pula ketika dengan memaafkannya, maka akan lebih menyelesaikan masalah dan kita yang mengalah. Hal ini tidak berlaku jika yang berbuat zalim terus menerus zalim dan melampaui batas. Allah Taโ€™ala berfirman,

ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุตูŽุงุจูŽู‡ูู…ู ุงู„ู’ุจูŽุบู’ูŠู ู‡ูู…ู’ ูŠูŽู†ู’ุชูŽุตูุฑููˆู†ูŽ

โ€œDan (bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri.โ€ (QS. Asy-Syura: 39)



Baca kisah berikut, keutamaan orang yang tidak hasad dan dendam


Anas bin Malik radhiyallahu โ€˜anhu berkata,

โ€œKami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, maka beliau pun berkata, โ€˜Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.โ€™ Maka munculah seseorang dari kaum Anshar, jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya. Tatkala keesokan hari Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam mengucapkan perkataan yang sama, dan munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin. Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam juga mengucapkan perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri (pergi) maka โ€˜Abdullah bin โ€˜Amr bin Al-โ€˜Ash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya, โ€œAku bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?โ€ Maka orang tersebut menjawab, โ€œSilakan.โ€


Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya,


โ€œAbdullah bin โ€˜Amr bin Al-โ€˜Ash bercerita bahwasanya ia pun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam. Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan shalat malam. Hanya saja jika ia terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka ia pun berdzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk shalat Shubuh. โ€˜Abdullah bertutur, โ€˜Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan.โ€™


Dan tatkala berlalu tiga hari โ€“dan hampir saja aku meremehkan amalannya- maka aku pun berkata kepadanya, โ€˜Wahai hamba Allah (fulan), sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam berkata sebanyak tiga kali bahwa akan muncul kala itu kepada kami seorang penduduk surga. Lantas engkaulah yang muncul, maka aku pun ingin menginap bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku teladani. Namun aku tidak melihatmu banyak beramal. Lantas apakah yang telah membuatmu memiliki keistimewaan sehingga disebut-sebut oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam?โ€™ Orang itu berkata, โ€˜Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat.โ€™ Abdullah bertutur,


ููŽู„ูŽู…ูŽู‘ุง ูˆูŽู„ูŽู‘ูŠู’ุชู ุฏูŽุนูŽุงู†ููŠุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽุŒ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุฃูŽู†ูู‘ูŠ ู„ูŽุง ุฃูŽุฌูุฏู ูููŠ ู†ูŽูู’ุณููŠ ู„ูุฃูŽุญูŽุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู†ูŽ ุบูุดู‹ู‘ุงุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽุญู’ุณูุฏู ุฃูŽุญูŽุฏู‹ุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุฃูŽุนู’ุทูŽุงู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุฅููŠูŽู‘ุงู‡ู . ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ุจูŽู„ูŽุบูŽุชู’ ุจููƒูŽุŒ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ู„ูŽุง ู†ูุทููŠู‚ู

โ€˜Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata bahwa amalannya hanyalah seperti yang terlihat, hanya saja ia tidak memiliki perasaan dendam dalam hati kepada seorang muslim pun dan ia tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain.โ€™ Abdullah berkata, โ€˜Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga, pen.) dan inilah yang tidak kami mampui.โ€ (HR. Ahmad, 3: 166. Syaikh Syuโ€™aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)



Maafkan dan Hapuslah Dendam


Kesimpulan mudahnya dari ayat yang kita bahas, maafkanlah orang yang berbuat salah kepada kita, semoga Allah memaafkan kesalahan kita pula. Tak perlu kita menuntut balasan kesalahan dia di akhirat, karena kita juga belum tentu selamat. Kalau kita masih kurang puas dengan alasan ini, ingat saja bahwa Allah itu Maha Pengampun. Semua dosa kita itu dimaafkan oleh Allah ketika kita mau bertaubat nashuha walaupun itu dosa syirik dan dosa besar. Lantas kenapa kita sebagai manusia tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, padahal bisa jadi itu hanya kesalahan kecil atau kesalahan yang hanya sekali atau itu kesalahan yang bisa dimaafkan agar tidak membuat hati kita sakit.


Sumber: Muhammad Abduh Tuasikal, Sudahlah Maafkanlah Dia Agar Allah Memaafkan Kita, https://rumaysho.com/28515-sudahlah-maafkanlah-dia-agar-allah-memaafkan-kita.html

Hubungi Kami

Kantor Advokat dan Konsultan Hukum

Himawan Dwiatmodjo & Rekan

Jl. Rawa Kuning, Pulogebang, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia


Email: lawyerhdp@gmail.com

Telepon/Pesan Teks: +6289672379090